Bagikan:

JAKARTA – Pihak bank sentral India Reserve Bank of India (RBI) sebut kripto tidak punya underlying (aset dasar). Peringatan tersebut disampaikan oleh kepala RBI Shaktikanta Das pasca pemerintah India memutuskan kerangka perpajakan terkait kripto.

Dilansir dari Reuters, Das menilai bahwa mata uang kripto yang diterbitkan oleh pihak swasta dan bukan bank sentral merupakan ancaman besar yang berpotensi mengguncang stabilitas keuangan dan makro-ekonomi. Oleh karena itu, para investor harus diperingatkan terkait risiko dari investasi kripto.

Cryptocurrency (yang dikembangkan) swasta adalah ancaman besar bagi stabilitas makro-ekonomi dan stabilitas keuangan... investor harus diperingatkan bahwa mereka berinvestasi dengan risiko mereka sendiri,” kata Das dalam konferensi pers setelah rapat kebijakan moneter.

“Dan cryptocurrency ini tidak memiliki (nilai) yang mendasarinya - bahkan tulip,” tambah Das.

Tulip yang dimaksud oleh Das mengacu pada peristiwa yang terjadi di Belanda pada tahun 1600-an, yang menjadi perumpamaan bagi keserakahan manusia. Waktu itu, para investor berinvestasi pada bunga tulip karena permintaannya melambung tinggi. Tidak lama kemudian, harga bunga tulip terjun bebas sehingga menyebabkan para investor mengalami kerugian.

Seusai petinggi bank sentral India melontarkan peringatan bahwa kripto yang dikembangkan oleh pihak luar bisa merusak stabilitas keuangan, RBI berencana meluncurkan mata uang digital sendiri. Rupee digital dikabarkan akan meluncur pada tahun 2023 mendatang.

Hingga saat ini investor kripto di India diperkirakan sekitar 15 juta hingga 20 juta investor. Jika ditotal, jumlah kepemilikan kripto mereka bernilai 400 miliar rupee, atau sekitar Rp76 triliun.

Oleh karena itu, di tengah meledaknya cryptocurrency di berbagai belahan dunia, para investor pemula diharapkan untuk melakukan riset secara mandiri atau DYOR (Do Your Own Research) dan mempelajarinya terlebih dulu sebelum menginvestasikan uangnya pada kripto mengingat volatilitasnya sangat tinggi.