Nvidia Bakal Ikhlaskan Arm karena Tak Sanggup Melawan Regulator dari Seluruh Dunia
Nvidia akan membatalkan akuisisi Arm Ltd. (foto: Dok. Nvidia)

Bagikan:

JAKARTA - Nvidia sepertinya akan membatalkan akuisisi Arm Ltd-nya, yakni perancang chip asal Inggris karena masalah antimonopoli yang dituduhkan jika kesepakatan ini terjadi.

Akuisisi kedua perusahaan menghadapi pengawasan ketat secara global, dan tampaknya Nvidia tidak dapat meyakinkan regulator yang tidak setuju dengan akuisisi ini, bahwa itu tidak akan membahayakan persaingan atau keamanan nasional.

Menurut salah seorang yang mengetahui informasi ini, Nvidia telah mengatakan kepada mitra bahwa mereka tidak mengharapkan transaksi ditutup. Kesepakatan itu kemungkinan akan ditinggalkan.

Mengetahui hal ini, Softbank Group sebagai perusahaan induknya akan berencana membawa Arm menuju Initial Public Offering (IPO).

“Kami terus memegang pandangan yang diungkapkan secara rinci dalam pengajuan peraturan terbaru kami, bahwa transaksi ini memberikan peluang untuk mempercepat Arm dan meningkatkan persaingan dan inovasi,” ujar Juru Bicara Nvidia.

Nvidia pertama kali mengumumkan niatnya untuk membeli Arm pada September 2020, kesepakatan tersebut bernilai 40 miliar dolar AS. Sejak itu, kekurangan chip dan meningkatnya popularitas desain ARM telah meningkatkan biaya hingga 75 miliar dolar AS.

Awalnya, Nvidia mengharapkan kesepakatan untuk ditutup pada Maret 2022. Jika kesepakatan gagal, Arm dan Softbank akan menerima biaya perpisahan 2 miliar dolar AS.

Apa Keuntungan Akuisisi Ini?

Melansir ArsTechnica, Rabu, 26 Januari, untuk Nvidia, akuisisi memiliki keuntungan yang jelas. Desain ARM digunakan dalam segala hal mulai dari ponsel cerdas dan server hingga TV dan sistem pengereman anti penguncian.

Chip ARM menggunakan sedikit daya mengingat kinerjanya, yang telah memberi perusahaan jejak yang luas di berbagai industri. Kualitas tersebut menarik bagi Nvidia, yang telah mengubah dirinya dari produsen GPU menjadi perancang chip dan, dalam prosesnya, telah menjadi salah satu perusahaan semikonduktor terbesar di dunia.

Tetapi para pesaing, termasuk Qualcomm, Intel, dan Google, khawatir bahwa pengambilalihan Arm apalagi yang dilakukan oleh salah satu perusahaan terbesar di sektor ini, akan membatasi akses mereka ke desain ARM.

Nvidia bersikeras bahwa mereka akan menawarkan lisensi ARM kepada siapa saja yang tertarik dan bersedia membayar, tetapi telah menghadapi perjuangan berat untuk meyakinkan pesaing dan regulator bahwa janji-janji itu akan ditepati.

Sementara itu, China semakin khawatir karena tidak memiliki kendali atas teknologi utama, terutama yang terkait dengan semikonduktor. Negara ini menghabiskan lebih banyak uang untuk mengimpor semikonduktor daripada mengimpor minyak, dan chip ARM ada di mana-mana di China.

Karenanya, para pejabat China hampir pasti akan menghentikan transaksi Nvidia-Arm. Apalagi jika mengingat China telah masuk ke daftar hitam AS untuk menggunakan teknologi AS.