Bagikan:

JAKARTA – Harga Bitcoin kembali turun lagi pada Sabtu, 22 Januari. Penurunan ini sekitar 4% pada hari itu, yang membuat harga per coin berada di level 35.000 dolar AS.

Bitcoin, mata uang kripto terbesar dan paling terkenal di dunia, kini telah mengalami penurunan tajam bahkan hampir setengah dari hari tertinggi yang pernah dicapainya sebesar 69.000 dolar AS pada bulan November. Sabtu lalu harga Bitcoin  berada di kisaran 35.049 dolar AS, setelah jatuh pada nilai terendahnya sebesar 34.000 dan menyusul penurunan tajam pada Jumat lalu.

Mata uang kripto ini telah mengalami perubahan harga yang liar dan telah terpukul karena selera risiko telah jatuh di tengah kekhawatiran inflasi dan antisipasi laju kenaikan suku bunga yang lebih agresif dari Federal Reserve AS.

Aset berisiko lainnya yang juga telah jatuh seiring dengan jatuhnya harga saham dunia pada Jumat lalu. S&P 500 dan Nasdaq mencatat persentase penurunan mingguan terbesar sejak dimulainya pandemi pada Maret 2020.

Dalam sebuah catatan penelitian pada Jumat, Edward Moya, analis pasar senior untuk Amerika di OANDA, mengatakan bitcoin jatuh karena "pedagang kripto mengurangi portofolio risiko setelah pertumpahan darah di saham" dan sebelum pertemuan kebijakan Federal Reserve minggu depan.

"Bitcoin tetap berada di zona bahaya dan jika 37.000 pecah, tidak banyak dukungan untuk sampai level 30.000," tulis Moya pada Jumat.

Ether, koin yang ditautkan ke jaringan blockchain ethereum, juga turun 6,7% menjadi 2,396 dolar AS pada Sabtu lalu.

Bitcoin sempat turun 9,28% menjadi 36,955,03 pada 22:02 GMT pada Jumat lalu, dan kehilangan 3.781,02 dolar AS dari penutupan sebelumnya. Ini menandakan volatilitas mata uang kripto yang tinggi dan sangat rentan terhadap sentimen buruk dalam perdagangan saham dunia.