Stasiun Luar Angkasa Alami Kebocoran Udara, NASA Lakukan Investigasi
Stasiun Luar Angkasa Internasional (Twitter @NASA)

Bagikan:

JAKARTA - Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dikabarkan mengalami kebocoran udara pada bagian laboratoriumnya. Badan Antariksa Amerika (NASA) langsung melakukan investigasi untuk mencari tahu penyebab kebocoran.

Menurut laporan yang dikutip dari Space, Jumat 21 Agustus, ada sejumlah kru yang sedang berada di ISS saat ini. Mereka di antaranya, astronaut NASA Chris Cassidy, dan kosmonaut Roscosmos Ivan Vagner serta Anatoly Ivanishin dari Rusia.

Untuk sementara mereka akan tinggal di Zvezda Service Module yang merupakan milik Rusia, selama akhir pekan ini, sembari kru kontrol misi mencari sumber kebocoran di bagian lain ISS.

"Semua ruangan di stasiun luar angkasa akan ditutup akhir pekan ini, sehingga pengontrol misi dapat dengan hati-hati memantau tekanan udara di setiap modul. Pemeriksaan ini harus menentukan modul mana yang mengalami tingkat kebocoran lebih tinggi dari normal," ungkap perwakilan NASA Mark Garcia.

Kebocoran itu pertama kali diketahui pada September 2019 lalu, yang membuat tekanan udara di ISS perlahan-lahan berkurang tanpa disadari oleh kru di sana. Tingkat kebocoran pun semakin besar dan membuat tekanan udara berkurang lebih cepat dari sebelumnya.

Sayangnya, saat itu NASA belum sempat mencari sumber kebocoran karena beberapa bulan terakhir, para kru sedang disibukkan dengan misi kerja sama dengan SpaceX. Ditambah lagi dengan sejumlah misi luar angkasa lainnya.

Kendati mengalami kebocoran, masalah ini belum dianggap serius karena ISS tetap bisa mempertahankan tekanan udara di dalam stasiun. Hal ini dimungkinkan karena susunan stasiun luar angkasa itu merupakan gabungan dari beberapa modul terpisah.

"Ketika ruangan di stasiun ditutup, kami dapat memantau tekanan setiap modul untuk lebih mengisolasi sumber kebocoran. Itu cara paling efektif yang kami miliki untuk menemukan kebocoran, karena sangat kecil. Kami tidak tahu secara pasti apakah kebocoran terjadi di segmen AS atau Rusia, dan tidak akan tahu sampai kami dapat meninjau data dari pengujian akhir pekan ini," ujar pihak NASA, Dan Huot.

NASA menyebut para kru ISS tak akan kekurangan ruangan selama pengujian ini karena bagian ISS milik Rusia punya ruangan yang cukup besar, dan memastikan kalau Astronaut dan Kosmonaut Rusia itu tak berada dalam bahaya apa pun. Hasil investigasi akan diketahui dalam waktu seminggu ke depan. 

Kendati demikian, melacak kebocoran semacam itu menjadi tantangan tersendiri bagi para kru karena fluktuasi tekanan udara normal di dalam stasiun luar angkasa. Selain laju kebocoran normal, tekanan juga berubah karena fluktuasi suhu, serta pengoperasian stasiun yang dilakukan setiap hari.

Ini bukan kali pertama ISS mengalami kebocoran, salah satu yang terbesar terjadi pada 2018. Saat itu astronaut di ISS menemukan adanya sebuah lubang kecil dari kapsul Soyuz milik Rusia yang tengah menempel di ISS.

Kebocoran memang muncul dari waktu ke waktu di ISS, tetapi satu kebocoran pada 2018 mendapat perhatian lebih dari yang lain. Pada saat itu menurut The Verge, astronot melacak kebocoran di ISS ke lubang kecil di dalam kapsul Soyuz Rusia yang sedang berkunjung ke ISS.

Berbagai teori konspirasi muncul saat itu, beberapa di antaranya menyebut kalau lubang itu sengaja dibuat oleh seseorang di ISS. Direktur Roscosmos Dmitry Rogozin kemudian mengeluarkan pernyataan kalau pihak Rusia sudah mengetahui bagaimana lubang itu bisa ada, namun mereka menolak membeberkan informasinya ke publik.