JAKARTA - Platform konferensi video Zoom telah bergabung dengan organisasi kontraterorisme yang dibentuk oleh perusahaan teknologi besar dari AS, termasuk Meta Platforms Inc, sebelumnya dikenal sebagai Facebook, dan Microsoft Corp. Pernyataan ini muncul dari sumber perusahaan tersebut Rabu, 15 Desember.
Global Internet Forum to Counter Terrorism (GIFCT) adalah kelompok independen di mana perusahaan anggotanya berbagi informasi untuk memerangi terorisme dan ekstremisme serta kekerasan di situs mereka. Anggota pendiri GIFCT adalah Facebook, Microsoft, Twitter dan YouTube Alphabet.
Zoom Video Communications Inc, yang mengalami ledakan penggunaan selama pandemi COVID-19 namun menghadapi pertumbuhan yang melambat dalam beberapa bulan terakhir, telah mendapat sorotan terkait cara mereka mengawasi dalam konten dan penyalahgunaan di platformnya.
Keanggotaan GIFCT sendiri selama ini telah meningkat menjadi 18 perusahaan dengan lima platform baru bergabung tahun ini termasuk perusahaan persewaan rumah Airbnb, jejaring sosial Tumblr dan platform penerbitan online WordPress. GIFCT berencana untuk terus menambah anggota pada tahun 2022.
Perusahaan teknologi selama ini telah lama dikritik karena gagal mengekang aktivitas ekstremis dan kekerasan di platform mereka. Di sisi lain mereka juga menghadapi kekhawatiran atas kebebasan berekspresi.
GIFCT dibuat pada tahun 2017 di bawah tekanan dari pemerintah AS dan Eropa setelah serangkaian serangan teroris mematikan di Paris dan Brussels.
Kelompok Ini mengelola database berbagi hash, di mana perusahaan anggota dapat berbagi "hash", representasi numerik unik dari potongan konten asli yang telah dihapus dari layanan mereka. Perusahaan lain juga dapat menggunakan hash ini untuk mengidentifikasi konten yang sama di situs mereka dan meninjau atau menghapus materi tersebut.
"Adalah tanggung jawab kami untuk mendukung pengguna platform kami dan melindungi masyarakat pengguna dari ancaman online," kata Josh Parecki, penasihat umum asosiasi Zoom untuk kepercayaan dan keamanan, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.
"Dengan berkolaborasi dengan para pemimpin lain di seluruh industri, seperti berbagi pembelajaran utama dan memajukan penelitian, kami bercita-cita untuk menjadikan dunia digital tempat yang lebih aman bagi semua orang," tambah Parecki.
Ketika individu dan perusahaan beralih ke aplikasi konferensi video selama pembatasan aktivitas atau lockdown COVID-19, Zoom menghadapi masalah moderasi dari konten profil tinggi. Mereka seperti tidak mampu untuk mensensor apa saja yang terjadi di platform mereka.
Pelanggaran yang biasa terjadi di platform itu seperti "zoombombing", di mana pengguna yang tidak diundang merusak pembicaraan orang lain untuk menyebarkan ujaran kebencian dan konten rasis, kekerasan atau pornografi. Bahkan sempat ada pembatalan acara virtual yang menampilkan Leila Khaled, anggota kelompok Palestina di AS yang masuk daftar anggota organisasi teroris di Departemen Luar Negeri.
BACA JUGA:
Direktur Eksekutif GIFCT, Nicholas Rasmussen, mengatakan dalam sebuah pernyataan, yang dikutip Reuters, menyatakan bahwa pihaknya senang menambahkan Zoom karena misi GIFCT yang "mengharuskan kami bekerja dengan beragam perusahaan ... untuk mengembangkan solusi lintas platform yang membuat teroris dan ekstremis kekerasan tidak efektif di internet".
GIFCT telah menghadapi kritik dari beberapa pendukung hak asasi manusia dan digital atas penyensoran terpusat atau terlalu luas, dan menyerukan transparansi yang lebih besar. Ini menjadikan dilemma karena sensor atas konten dianggap membatasi kebebasan, namun tanpa sensor konten berbahaya bisa bermunculan begitu bebas.
Pada bulan Juli lalu, organisasi tersebut memperluas cakupan basis data pembagian hashnya untuk menyertakan manifesto penyerang dan publikasi serta URL lain yang ditandai oleh prakarsa Perserikatan Bangsa-Bangsa, Tech Against Terrorism. Mereka juga mengatakan akan terus memperluas database untuk memasukkan hash file audio atau simbol tertentu.
GIFCT juga mengatakan pada Rabu lalu bahwa mereka telah merancang struktur keanggotaan baru berdasarkan pendapatan perusahaan, dengan kontribusi tahunan yang disarankan mulai dari 0 hingga 1 juta dolar AS (Rp14,3 miliar). Namun mereka juga menyatakan jika keanggotaan tersebut tidak bergantung pada pendapatan perusahaan.
Anggota lainnya termasuk Instagram dan WhatsApp Meta, Pinterest, Amazon.com, platform obrolan Discord, dan layanan berbagi file Dropbox. Perusahaan lain seperti Reddit dan pemilik Snapchat Snap juga dapat mengakses database berbagi hash ini.