Bagikan:

JAKARTA - Meta mengaku telah menciptakan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dapat mendeteksi lebih cepat jenis konten berbahaya baru, termasuk unggahan yang melarang vaksinasi COVID-19.

Perusahaan menyatakan bahwa sistem AI mereka cukup berbeda, di mana biasanya sistem AI akan mempelajari tugas baru dari contoh, tetapi proses pengumpulan dan pelabelan sejumlah besar data biasanya memakan waktu berbulan-bulan.

Namun, dengan menggunakan teknologi Meta yang dijuluki Few-Shot Learner (FSL), sistem AI baru hanya membutuhkan sedikit data pelatihan sehingga dapat menyesuaikan diri untuk memerangi jenis konten berbahaya baru dalam beberapa minggu, bukan berbulan-bulan.

Sistem AI ini akan berguna dalam kasus saat jejaring sosialnya memiliki aturan melarang mengunggah informasi yang salah tentang vaksin COVID-19 yang berbahaya, termasuk klaim palsu bahwa vaksin tersebut mengubah DNA.

Tetapi pengguna terkadang mengutarakan pernyataan mereka seperti "Vaksin atau pengubah DNA?" atau bahkan menggunakan kata dan kode lain untuk mencoba menghindari deteksi. Dengan teknologi baru ini akan membantu perusahaan menangkap konten yang mungkin terlewatkan.

"Jika kami bereaksi lebih cepat, maka kami dapat meluncurkan intervensi dan moderasi konten secara lebih tepat waktu. Pada akhirnya, tujuannya di sini adalah untuk menjaga keamanan pengguna," ungkap Manajer Produk Meta, Cornelia Carapcea, seperti dikutip CNET, Kamis, 9 Desember.

Meta mengatakan telah menguji sistem baru dan mampu mengidentifikasi konten offensive yang mungkin tidak ditangkap oleh sistem AI konvensional. Setelah meluncurkan sistem baru di Facebook dan layanan foto Instagram, persentase penayangan konten berbahaya yang dilihat pengguna pun menurun.

Few-Shot Learner akan bekerja di lebih dari 100 bahasa. Perusahaan tidak mencantumkan bahasa yang disertakan, tetapi Carapcea menyatakan teknologi baru itu dapat membuat pukulan dalam memerangi konten berbahaya dalam bahasa di luar bahasa Inggris, yang mungkin memiliki lebih sedikit sampel untuk melatih sistem AI.

Karena Facebook lebih berfokus pada membangun metaverse, ruang virtual tempat orang dapat bersosialisasi dan bekerja, moderasi konten akan menjadi lebih kompleks. Carapcea mengungkapkan dia berpikir Few-Shot Learner pada akhirnya dapat diterapkan pada konten realitas virtual.

"Pada akhirnya, Few-Shot Learner adalah bagian dari teknologi yang digunakan secara khusus untuk integritas. Tetapi mengajar sistem pembelajaran mesin dengan contoh yang semakin sedikit adalah topik yang didorong di garis depan penelitian," tutur Carapcea.