Ahli Ekologi El Salvador Kritisi Keputusan Presiden Nayib Bukele Mengenai <i>Mining</i> Bitcoin dengan Menggunakan Energi Gunung Berapi
Ahli lingkungan kritik tambang bitcoin El Salvador yang gunakan energi gunung berapi (Ambcrypto)

Bagikan:

JAKARTA – El Salvador menambang Bitcoin (BTC) dengan menggunakan tenaga gunung berapi, ditambah lagi dengan keputusan Presiden Nayib Bukele yang berencana mendirikan Kota Bitcoin.

Hal tersebut direspon oleh ahli ekologi Ricardo Navarro yang meragukan rencana tersebut. Navarro menyebut upaya mendirikan Kota Bitcoin di dekat gunung berapi itu tidak masuk akal.

“Berbicara tentang membangun kota di samping gunung berapi ini seperti berpikir Anda kaya karena Anda tinggal di sebelah bank,” ujar Navarro.

Selain itu, pencinta lingkungan tersebut juga menyatakan bahwa bahwa energi panas bumi masih merupakan upaya yang mahal dan tidak akan jauh lebih baik daripada menggunakan sumber minyak bumi.

​​“Biaya panas bumi masih lebih mahal daripada minyak, jika tidak, kita akan menggunakannya lebih banyak. Apa yang akhirnya terjadi adalah bahwa kita hanya akan membeli lebih banyak minyak,” papar Navarro.

Melansir Bitcoin.com News, Navarro prihatin dengan konsekuensi dari apa yang disebut krisis iklim dunia. Ahli ekologi menjalankan organisasi non-pemerintah CESTA (Pusat Teknologi Tepat Guna Salvadoran) dan dia baru-baru ini mendiskusikan masalah ini dengan penulis kontributor Politico, Bjarke Smith-Meyer, pada 10 November.

Pada saat itu, Navarro menolak ide fasilitas penambangan bitcoin bertenaga gunung berapi karena dia dengan sepenuh hati percaya bahwa fasilitas tersebut akan membutuhkan lebih banyak sumber daya energi daripada hanya tenaga panas bumi.

“Saya mendapat kesan bahwa Bukele tidak benar-benar memahami apa yang terjadi [dengan] situasi energi,” kata Navarro kepada reporter. “Itu pasti akan memperumit… permintaan.”

Ahli ekologi El Salvador tersebut memaparkan bahwa lingkungan kripto di negaranya bisa menarik minat bandar narkoba. Navaro juga menilai undang-undang Bitcoin yang dikeluarkan pemerintahan Presiden Nayib Bukele terlalu terburu-buru diterapkan tanpa ada diskusi terlebih dulu.

“Jika Anda memiliki sesuatu yang baik untuk dipromosikan, Anda mengusulkannya, Anda mendiskusikannya, dan kemudian Anda mengajukan argumen Anda. Tapi itu tidak terjadi dengan bitcoin,” kata Navarro kepada Smith-Meyer.