Bagikan:

JAKARTA - Teknologi pengenalan wajah saat ini tidak hanya berfungsi sebagai sistem keamanan. Pasalnya militer Israel memanfaatkan teknologi tersebut untuk melacak warga Palestina.

Laporan itu bermula dari salah seorang mantan tentara Israel yang mengungkapkan kepada The Washington Post. Dia berkata militer Israel mengerahkan program pengenalan wajah untuk melacak warga Palestina di kota Tepi Barat, Hebron yang diduduki Israel.

Teknologi yang disebut "Blue Wolf" itu mengambil foto orang Palestina dengan menggunakan ponsel dan menyimpannya dalam database skala besar. Setelah gambar diambil, Blue Wolf mencocokkan gambar tersebut dengan seseorang di data basenya.

Kemudian tentara akan menandainya dengan warna tertentu yang menandakan jika orang itu harus ditangkap, ditahan, atau dibiarkan saja karena tidak mengganggu. Dari laporan tersebut juga menyatakan bahwa tentara Israel telah mengisi database dengan ribuan gambar orang Palestina selama dua tahun terakhir, dan bahkan mengadakan kompetisi yang memberi penghargaan kepada tentara karena mengambil foto orang paling banyak.

Dihimpun dari The Verge, Selasa, 9 November, basis data pada dasarnya adalah "Facebook untuk Palestina," kata seorang mantan tentara tersebut. Selain itu, militer Israel juga telah memasang kamera di seluruh kota Hebron yang memindai wajah warga Palestina dan mengidentifikasi mereka untuk tentara di pos pemeriksaan.

Sementara, serangkaian kamera CCTV beberapa di antaranya mengarah ke rumah-rumah penduduk, memberikan pemantauan langsung 24/7. Mantan tentara ini diberitahu oleh militer bahwa sistem pengawasan diberlakukan untuk mencegah aksi teroris.

Sebagai informasi, kota terbesar di Tepi Barat, Hebron, telah menjadi saksi konflik pahit dan berkepanjangan antara penduduk Israel dan Palestina. Sebagian besar kota dikelola langsung oleh militer Israel, yang memberlakukan jam malam dan pembatasan pergerakan lainnya pada penduduk setempat.

Tindakan keamanan yang mereka terapkan juga termasuk ekstrim karena sistem pengenalan wajah mereka ini sangat mengkhawatirkan. “Saya tidak akan merasa nyaman jika mereka menggunakannya di mal di kampung halaman saya, anggap saja seperti itu. Orang-orang khawatir tentang sidik jari, tapi ini sudah beberapa kali," ujar mantan tentara tersebut.

Sejumlah sistem serupa juga diterapkan di negara lain, dan semuanya kontroversial. China mengembangkan sistem pengenalan wajah untuk memantau populasi minoritas Uyghur, meskipun tidak jelas seberapa luas sistem itu digunakan.

Moskow baru-baru ini menambahkan sistem pembayaran pengenalan wajah ke ratusan stasiun bus, sementara Inggris meluncurkan sistem pembayaran pemindaian wajah serupa untuk anak sekolah membayar makan siang, meski akhirnya dihapus lagi.