Bagikan:

JAKARTA – Twitter sementara menonaktifkan fitur Trends di Ethiopia untuk memastikan bahwa platform tersebut tidak dapat digunakan untuk memicu kekerasan di negara yang dilanda konflik. Hal ini ditegaskan oleh sumber I media sosial pada Sabtu, 6 November.

"Kami memantau situasi di Ethiopia dan fokus untuk melindungi keamanan percakapan di Twitter. Menghasut kekerasan atau merendahkan orang adalah melanggar aturan kami," kata Twitter. Mereka juga menambahkan bahwa twitter untuk sementara menonaktifkan Trends di negara itu untuk "mengurangi risiko dari koordinasi yang dapat menghasut kekerasan atau menyebabkan bahaya."

Ethiopia Utara telah dilanda konflik internal sejak Oktober tahun lalu, ketika pemerintah pusat menuduh PNLF menyerang sebuah pangkalan militer dan melancarkan operasi balasan di Tigray. Eritrea yang bertetangga mendukung pemerintah Ethiopia, meskipun pada musim semi 2021 dikatakan telah menarik pasukannya dari Tigray.

Pada bulan Juni, pemberontak merebut pusat administrasi Tigray, kota Mekelle, dan pemerintah mengumumkan gencatan senjata tanpa syarat. Para pemberontak, bagaimanapun, kemudian mengatakan bahwa mereka akan meluncurkan serangan baru. Mereka menguasai sebagian Tigray, dan memasuki Wilayah Amhara, yang membawa mereka selangkah lebih dekat ke ibu kota negara, Addis Ababa.