Bagikan:

JAKARTA - Ethiopia mulai mengembangkan platform media sosialnya sendiri untuk menyaingi Facebook, Twitter dan WhatsApp. Namun mereka tidak berencana untuk memblokir layanan global tersebut. Pernyataan ini muncul dari badan keamanan komunikasi negara Ethiopia, Senin 23 Agustus.

Ethiopia telah dilanda konflik bersenjata sejak tahun lalu yang mengadu pemerintah federal dengan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), yang menguasai wilayah Tigray di utara negara itu. Pendukung kedua belah pihak telah mengobarkan perang kata-kata paralel di media sosial.

“Pemerintah menginginkan platform lokalnya untuk "menggantikan" Facebook, Twitter, Whatsapp dan Zoom,” kata direktur jenderal Badan Keamanan Jaringan Informasi (INSA), Shumete Gizaw,

Shumete menuduh Facebook menghapus posting dan akun pengguna yang katanya "menyebarkan kenyataan sebenarnya tentang Ethiopia".

Kelompok hak asasi manusia internasional telah mengkritik pemerintah Ethiopia karena penutupan layanan media sosial yang tidak dapat dijelaskan termasuk Facebook dan WhatsApp pada tahun lalu. Pemerintah belum mengomentari penutupan itu.

Juru bicara Facebook Afrika, Kezia Anim-Addo, menolak mengomentari rencana Ethiopia dan tidak segera menanggapi pertanyaan tentang tuduhan Shumete.

Ethiopia, negara berpenduduk sekitar 115 juta, memiliki sekitar 6 juta pengguna Facebook menurut Statista.

Tetapi pada bulan Juni, beberapa hari sebelum pemilihan nasional, Facebook mengatakan telah menghapus jaringan akun palsu di Ethiopia yang menargetkan pengguna domestik yang terkait dengan individu yang terkait dengan INSA, yang bertanggung jawab untuk memantau telekomunikasi dan internet.

Twitter menolak berkomentar. Zoom juga tidak segera membalas permintaan komentar dari Reuters tentang hal itu.

Shumete menolak merinci batas waktu, anggaran, dan perincian lainnya, tetapi mengatakan kepada Reuters: "Alasan di balik pengembangan teknologi dengan kapasitas lokal jelas ... Mengapa menurut Anda China menggunakan WeChat?" kata Shumete.

Dia mengatakan Ethiopia memiliki keahlian lokal untuk mengembangkan platform dan tidak akan mempekerjakan orang luar untuk membantu.

Aplikasi pesan sosial WeChat dimiliki oleh Tencent Holdings yang berkantor pusat di China (0700.HK), banyak digunakan di negara tersebut, dan dianggap sebagai alat yang kuat oleh otoritas China untuk memantau populasinya.

Shumete juga merujuk Reuters ke komentar yang dia buat pada hari Jumat ke outlet media bahasa lokal di mana dia menuduh Facebook memblokir pengguna yang "mengkhotbahkan persatuan dan perdamaian nasional".

Dia juga mengatakan kepada Al-Ain Amharic bahwa pihak berwenang sedang mengerjakan platform untuk menggantikan Facebook dan Twitter, sementara uji coba platform untuk menggantikan WhatsApp dan Zoom telah selesai dan platform itu akan segera beroperasi.