JAKARTA - Amnesty International dalam laporannya mengkritik sejumlah produsen mobil listrik terkemuka dunia karena mengabaikan risiko hak asasi manusia dalam rantai pasok mineral mereka.
Melansir Autocar, Kamis, 5 Desember, laporan Amnesty International setebal 120 halaman tersebut mengungkap bahwa produsen mobil listrik, termasuk Tesla, Stellantis, Volkswagen Group, BMW, dan Ford, belum mengambil langkah yang cukup untuk mengatasi risiko eksploitasi, bahaya kesehatan, dan kerusakan lingkungan di wilayah pertambangan kobalt, lithium, nikel, dan tembaga.
Amnesty International menilai kebijakan hak asasi manusia, proses identifikasi risiko, pemetaan rantai pasok, pelaporan, dan mediasi dari 13 produsen mobil listrik. Mercedes-Benz meraih skor tertinggi dengan 51 poin, sementara Tesla memperoleh 49 poin dan Stellantis 42 poin. Di sisi lain, BYD, Mitsubishi, dan Hyundai mendapat skor rendah, masing-masing 11, 13, dan 21 poin.
Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnès Callamard, menyebut skor-skor tersebut sebagai "kecemasan tinggi" dan menyatakan bahwa transparansi BYD terkait kehati-hatian hak asasi manusia dalam rantai pasok baterainya "sangat buruk".
Ia juga mencatat bahwa Hyundai dan Mitsubishi "tidak memiliki kedalaman dan informasi yang cukup tentang implementasi di seluruh area kehati-hatian hak asasi manusia yang penting".
Meskipun produsen mobil tersebut diberi kesempatan untuk menanggapi laporan Amnesty International, hanya Hyundai yang memberikan tanggapan. Hyundai menyatakan berkomitmen terhadap rantai pasok yang berkelanjutan dan etis. BYD dan Mitsubishi memilih tidak memberikan komentar.
BACA JUGA:
Diketahui, Uni Eropa akan meluncurkan paspor baterai mulai 1 Februari 2027, yang akan menjadi syarat wajib untuk semua baterai EV di atas 2 kWh. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan mendorong perbaikan praktik dalam rantai pasok baterai.
Sementara, seorang peneliti material kritis di Universitas Birmingham Gavin Harper, mengatakan bahwa paspor baterai akan menjadi faktor penting bagi produsen mobil yang ingin menjual produknya di pasar Eropa.
Laporan Amnesty International muncul pada saat banyak produsen mobil terkemuka tengah meningkatkan upaya mereka untuk mempromosikan transparansi, keterlacakan, dan akuntabilitas dalam rantai pasok mineral mereka. Volvo, misalnya, menggunakan blockchain untuk melacak asal usul kobalt yang masuk ke rantai pasoknya. Mercedes-Benz juga bekerja sama dengan RCS Global untuk mengawasi rantai pasok mineralnya.