JAKARTA - Produsen mobil listrik asal China, Nio, Nio tengah mengembangkan kecerdasan buatan (AI) untuk pengujian baterai kendaraan listrik (EV) secara real-time bersama Monolith, sebuah startup perangkat lunak AI yang berbasis di Inggris.
Kolaborasi ini bertujuan untuk menggunakan AI untuk menguji dan meningkatkan performa baterai EV secara real-time. AI ini juga akan mendukung layanan penukaran baterai Nio di Eropa.
Diketahui, dengan cara ini proses evaluasi kinerja baterai kendaraan listrik (EV) dapat dilakukan secara langsung saat kendaraan sedang digunakan. Dengan kata lain, data mengenai kondisi baterai, seperti kapasitas, tegangan, suhu, dan kinerja secara keseluruhan, dipantau dan dianalisis secara terus-menerus saat kendaraan beroperasi.
Tes real-time biasa melibatkan penggunaan sensor yang dipasang pada baterai dan kendaraan. Sensor-sensor ini mengumpulkan data yang kemudian dikirim ke sistem komputer untuk dianalisis. Algoritma AI, seperti yang dikembangkan oleh Nio dan Monolith, dapat digunakan untuk memproses data ini secara cepat dan akurat termasuk memeriksa kesehatan, kinerja, dan daya tahan baterai yang ditukar dari kendaraan serta menguji baterai baru.
Menurut CEO Monolith, Richard Ahlfeld, dikutip dari Teslarati, 3 Oktober, pihaknya dan Nio siap untuk menguji AI mereka di lima pasar Eropa dalam waktu dekat. Ahlfeld juga mengungkapkan bahwa Monolith dan Nio tengah mempersiapkan persyaratan regulasi untuk memulai pengujian AI di China.
Nio sendiri telah menawarkan layanan penukaran baterai di lima pasar Eropa. Kepala sistem baterai Nio di Eropa, Frank Kindermann, menyatakan bahwa 98 persen pelanggan perusahaan menggunakan layanan penukaran baterai tersebut.
"Nio dapat memberikan prototipe mobil kepada Anda sejak awal, dan mereka terus menguji dan belajar dari apa yang Anda lakukan," kata Ahlfeld kepada Reuters sebelumnya, 1 Oktober.
BACA JUGA:
Selain bermitra dengan pabrikan China, Monolith sendiri telah bekerja sama dengan 10 produsen mobil top di dunia, termasuk Mercedes-Benz, BMW, dan Honda. Perusahaan ini bertujuan untuk menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk meningkatkan baterai EV. Dengan data yang dikumpulkannya, Monolith ingin membantu produsen mobil Eropa untuk mengejar ketertinggalan dari produsen mobil China.
"Produsen mobil China ingin bergerak lebih cepat; mereka berpikir, 'Apakah kita bisa melakukannya dalam satu tahun?' Produsen mobil Eropa jelas tertinggal dari China, jadi mereka perlu belajar dengan sangat cepat," pungkas CEO Monolith.