Bagikan:

JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan komponen dan perangkat lunak asal China dalam industri otomotif di Amerika Serikat (AS) telah meningkat secara signifikan. Berbagai merek mobil untuk model tahun 2025, mulai dari Cadillac dari General Motors hingga Ford, menggunakan komponen-komponen tersebut dalam kendaraan mereka. 

Melansir Autoweek, 26 September, model seperti Cadillac XT4, CT4, dan CT5, dan Buick Encore GX memiliki kandungan komponen China 15 persen, Hyundai Kona EV di AS memiliki kandungan 50 persen, sementara yang terbesar Ford Mustang Mach-E dengan tingkat 51 persen. Bahkan, beberapa model yang diproduksi di China, seperti Lincoln Nautilus dan Polestar 2, memiliki kandungan komponen China yang sangat tinggi, mencapai 87 persen dan 95 persen.

Atas peningkatan penggunaan komponen China ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemerintah AS. Departemen Perdagangan AS khawatir bahwa perangkat lunak dan perangkat keras yang berasal dari China dan Rusia dapat mengancam keamanan nasional dan privasi warga negara AS. Hal ini terutama berlaku pada kendaraan otonom yang semakin banyak menggunakan teknologi konektivitas.

Larangan Penggunaan Komponen China dan Rusia

Untuk mengatasi masalah ini, Departemen Perdagangan AS telah mengajukan aturan baru yang melarang penjualan kendaraan dengan perangkat lunak konektivitas dari China dan Rusia mulai tahun model 2027. Selain itu, kendaraan dengan perangkat keras yang relevan dari kedua negara juga akan dilarang dijual mulai tahun model 2030. Aturan ini bertujuan untuk mencegah kemungkinan adanya akses asing terhadap data pribadi dan kontrol kendaraan.

Meskipun aturan ini bertujuan untuk melindungi keamanan nasional, namun juga dinilai memiliki banyak dampak negatif bagi industri otomotif di AS. Banyak produsen mobil selama ini bergantung pada komponen dan perangkat lunak dari China dan Rusia. Larangan ini dapat mengganggu rantai pasokan mereka dan meningkatkan biaya produksi.