JAKARTA - Ford telah melakukan penyesuaian target atau strategi perusahaan terkait produksi mobil listrik (EV). Salah satu strategi itu menunda peluncuran model EV baru.
Lalu apakah yang mendasari keputusan tersebut selain melambatnya permintaan akan mobil listrik? Dilaporkan Carscoops, 19 September, ada kejadian menarik dialami oleh para eksekutif Ford usai melakukan uji coba secara rahasia pada satu unit mobil listrik China.
CEO Ford, Jim Farley, secara blak-blakan menyebut EV China sebagai "ancaman terbesar", menggarisbawahi kemajuan pesat dari kemampuan mereka saat ini.
Sebelumnya, ini juga telah diberitakan The Wall Street Journal, di mana diungkapkan bahwa CEO Ford, Jim Farley, dan CFO John Lawler, melakukan uji coba SUV listrik Changan di China tahun lalu. Pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam bagi mereka, mereka pun mengakui bahwa teknologi EV China jauh lebih maju dibandingkan dari yang mereka perkirakan.
"Jim, ini tidak seperti sebelumnya," kata Lawler kepada Farley.
"Orang-orang ini lebih maju dari kita." Pengakuan ini menunjukkan betapa pesatnya perkembangan industri EV di China, yang telah berhasil melampaui produsen otomotif Barat.
BACA JUGA:
Di satu sisi, Ford telah lama hadir di China, pengakuan ini menjadi alarm bagi perusahaan untuk mempercepat langkahnya dalam pengembangan mobil listrik. Meskipun tarif impor dapat menjadi penghalang bagi masuknya EV China ke pasar Amerika Serikat, Ford tetap mengambil langkah-langkah hati-hati dalam ekspansi EV-nya.
Ford telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan EV seharga 30 ribu dolar AS (sekitar Rp460 juta) pada awal tahun 2027. Namun, seperi ditulis di atas Ford juga telah mengurangi beberapa ambisinya dalam sektor EV, termasuk penundaan produksi SUV listrik tiga baris dan truk listrik besar.
Kemajuan pesat EV China kian memberikan tekanan besar bagi produsen otomotif Barat, termasuk Ford. Perusahaan-perusahaan ini harus beradaptasi dengan cepat untuk tetap kompetitif di pasar yang terus berkembang dan berorientasi pada teknologi.