JAKARTA - Pasar kendaraan listrik berkembang pesat, dan semakin banyak produsen yang ingin mendapatkan bagian dari kue tersebut. Padahal sebelumnya industri otomotif telah didominasi beberapa pemain besar selama bertahun-tahun. Rasanya, tidak mungkin merek baru memasuki pasar namun, teknologi kendaraan listrik telah mengubah peta persaingan dan mengguncang dominasi mereka.
Selain Tesla, kini ada BYD, produsen kendaraan listrik China yang menjadi pemimpin penjualan global kendaraan listrik. Kesuksesan BYD mengejutkan banyak orang, tetapi itu bukan kebetulan. BYD telah banyak berinvestasi dalam kendaraan listrik selama bertahun-tahun, dan memiliki rangkaian produk yang kuat yang terjangkau dan menarik.
Produk yang terjangkau dari BYD inilah yang mengusik CEO Ford Jim Farley karena akan sulit diikuti oleh pabrikan besar di luar China.
Farley menyatakan bahwa biaya pembuatan kendaraan listrik mungkin baru akan menurun ke tingkat yang setara dengan mobil bermesin pembakaran internal (ICE) setelah tahun 2030. Hal ini dikarenakan proses produksi yang lebih sederhana dan efisiensi kerja yang lebih baik diharapkan dapat tercapai pada periode tersebut, seperti yang disampaikan pada konferensi investor, dilansir dari Reuters, 1 Juni.
Farley menjelaskan bagi banyak produsen mobil, kendaraan listrik (EV) masih akan memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan mesin pembakaran internal sampai dengan generasi kedua dan ketiga model EV mulai diproduksi pada akhir dekade ini.
Menurut Farley, antara tahun 2030 dan 2035, sebagian besar penghematan biaya dalam industri kendaraan listrik akan berasal dari suku cadang yang lebih sedikit dan dilengkapi dengan baterai yang lebih kecil yang menggunakan bahan yang lebih murah.
Selain itu, Farley juga memperkirakan bahwa industri kendaraan listrik dapat mencapai pengurangan biaya distribusi melalui penjualan daring (online), serta meningkatkan pendapatan melalui layanan digital baru yang didukung oleh perangkat lunak.
Ford Motor Co mencatat peningkatan signifikan dalam bisnis layanan perangkat lunak dengan mencapai 600.000 pelanggan, tiga kali lipat dari jumlah tahun sebelumnya. Jumlah ini termasuk 200.000 pelanggan ritel yang membayar untuk sistem bantuan pengemudi Blue Cruise perusahaan, serta 400.000 pelanggan komersial Ford Pro yang membayar berbagai layanan termasuk manajemen armada, pengisian kendaraan listrik, perutean dinamis, dan lainnya.
Dengan kemampuan yang diperluas untuk mengumpulkan data dari kendaraan dan pengemudi, Ford juga berpotensi mengikuti langkah produsen mobil lainnya seperti Tesla Inc (TSLA.O) dan General Motors Co (GM.N) dalam menawarkan layanan asuransi.
Meskipun ditanya mengenai potensi konsolidasi industri dalam lima tahun mendatang, Farley justru memprediksi "percepatan kerja sama" dan merujuk pada kesepakatan seperti penggunaan jaringan supercharger Tesla yang baru-baru ini diumumkan oleh Ford untuk kendaraan listrik masa depannya.
"Kerja sama ini sangat penting," katanya, terutama bagi perusahaan yang mungkin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk membangun ekosistem kendaraan listrik yang lengkap.
BACA JUGA:
Lalu, menanggapi persaingan dengan BYD, Farley menegaskan Ford memiliki beberapa keunggulan yang dapat membantunya bersaing dengan produsen mobil China. Menurutnya dengan sejarah yang panjang, Ford memiliki nama merek yang kuat dan basis pelanggan setia. Ford juga memiliki jangkauan global, yang dapat membantunya menjual EV di pasar di mana pembuat mobil China tidak begitu mapan.