Bagikan:

JAKARTA – Uni Eropa (UE) telah menetapkan target ambisius untuk menghentikan penjualan mobil berbahan bakar konvensional (ICE) pada tahun 2035. Keputusan ini awalnya disambut baik karena manfaat lingkungannya yang besar. Namun, kini kebijakan tersebut memicu reaksi beragam.

Salah satu negara yang vokal menolak selain Jerman adalah Italia. Pemerintah Italia secara tegas meminta UE membatalkan kebijakan ini, dengan alasan ancaman terhadap industri otomotif mereka.

"Larangan terhadap mobil bermesin pembakaran pada 2035 tidak masuk akal dan perlu dikaji ulang," ujar Menteri Energi Italia, Gilberto Pichetto Fratin, seperti dilansir Reuters, Kamis, 12 September.

Blok 27 negara ini berencana melarang seluruh penjualan mobil ICE pada 2035. Kebijakan ini akan memaksa negara-negara anggota menghentikan penjualan kendaraan plug-in hybrid (PHEV), hybrid electric vehicle (HEV), dan diesel. Opsi yang tersisa hanya mobil listrik (EV) dan fuel cell berbahan bakar hidrogen (FCEV).

Italia menilai bahwa kebijakan ini membatasi pilihan konsumen, padahal teknologi lain yang bersaing juga berpotensi mendukung transisi menuju dekarbonisasi. Saat ini, produsen Italia seperti Fiat, Maserati, Ferrari, dan Lamborghini tengah memperkenalkan model EV mereka, meski harus menghadapi persaingan ketat dari merek-merek asal China dan Jerman.

Bukan hanya Italia yang skeptis, sebelumnya CEO BMW Group, Oliver Zipse, juga menyuarakan kritiknya, menyebut larangan ini sebagai taktik UE untuk mempercepat pengembangan bahan bakar sintetis atau e-fuels.

Apakah UE akan tetap pada pendiriannya atau mendengarkan protes dari negara-negara produsen mobil? Waktu yang akan menjawab.