Bagikan:

JAKARTA – Sektor otomotif Indonesia tengah mengalami masa sulit. Penurunan kelas menengah yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan pukulan telak bagi industri ini.

Pakar otomotif ITB, Yannes Martinus Pasaribu, mengungkapkan bahwa penurunan pangsa pasar dan penjualan mobil telah menjadi tren selama 15 tahun terakhir, meskipun berbagai upaya telah dilakukan.

"Berbagai event otomotif berskala besar seperti GIIAS memang mampu mendongkrak penjualan sementara, namun efeknya tidak berkelanjutan," ujar Yannes, mengutip ANTARA, Senin, 9 September.

Ia menambahkan bahwa kunci untuk membangkitkan kembali industri otomotif adalah dengan menggabungkan pemberian insentif pemerintah dengan dorongan kuat terhadap industrialisasi.

Industrialisasi, menurut Yannes, merupakan kunci untuk meningkatkan nilai tambah produk dan menciptakan lapangan kerja baru. Dengan mengolah bahan mentah menjadi produk akhir, seperti mengubah nikel menjadi baterai kendaraan listrik, maka nilai ekonomis yang dihasilkan akan jauh lebih besar. Selain itu, industrialisasi juga dapat diterapkan pada komponen kendaraan dan sektor-sektor lain yang terkait.

"Kita harus bergeser dari fokus pada konsumsi ke produksi," tegas Yannes. "Dengan industrialisasi, kita tidak hanya bisa meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga menciptakan ekosistem industri yang kuat dan berkelanjutan."

Data BPS menunjukkan penurunan drastis jumlah penduduk kelas menengah dalam lima tahun terakhir, dari 57,33 juta jiwa pada 2019 menjadi 47,85 juta jiwa pada 2024. Hal ini semakin menggarisbawahi urgensi untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam memulihkan industri otomotif Indonesia.