Bagikan:

JAKARTA – Pengembangan baterai solid state kini menjadi sorotan utama dalam industri kendaraan listrik. Teknologi ini dipandang sebagai kunci untuk mendorong adopsi massal kendaraan listrik, dengan janji meningkatkan jarak tempuh, mempercepat pengisian daya, dan memberikan tingkat keamanan yang lebih tinggi. 

Pengembangan baterai ini bukan hanya dilakukan pabrikan otomotif besar, tetapi seluruh dunia kini berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama merilis baterai solid state secara komersial.

Baterai solid state, khususnya jenis all-solid-state battery (ASSB), menjadi incaran utama banyak produsen mobil terkemuka. Keunggulannya dalam hal kapasitas dan keamanan membuatnya sulit ditandingi—baterai ini juga lebih tahan terhadap risiko kebakaran. Namun, tantangannya tidaklah kecil; produksi ASSB sangat kompleks dan membutuhkan inovasi teknologi yang tinggi.

Jepang berada di garis depan dalam perlombaan ini. Raksasa otomotif seperti Toyota, Honda, dan Nissan berlomba-lomba menghadirkan terobosan.

Nissan, dengan model Leaf-nya yang diakui sebagai salah satu pionir mobil listrik modern pada April lalu memperkenalkan pabrik baterai ASSB mereka di Yokohama, menandai langkah besar dalam upaya memasarkan kendaraan listrik berbasis ASSB pada tahun 2028. Setelah 17 tahun berjuang mengembangkan teknologi ini, Nissan yakin ASSB akan menjadi game-changer, menawarkan kepadatan energi dua kali lipat dibandingkan baterai elektrolit cair konvensional, dengan ukuran dan berat yang jauh lebih ringan.

Namun, Toyota tidak mau ketinggalan mereka berencana akan merilis mobil listrik secara terbatas dengan baterai ini pada tahun 2025. Dengan lebih dari 1.000 paten terkait baterai solid state, Toyota bisa saja menjadi yang pertama merilis kendaraan listrik massal dengan teknologi ini. 

Patut diingat, bukan hanya pabrikan Jepang yang agresif, pabrikan dunia lainnya pun tak mau kalah. Volkswagen, pada Juli lalu, mengumumkan kemitraan dengan QuantumScape, startup dari Amerika Serikat, untuk memproduksi baterai solid state. Sementara itu, Ford juga berkolaborasi dengan Solid Power untuk mengembangkan baterai serupa, dengan harapan meningkatkan performa dan jarak tempuh kendaraan listrik mereka.

Jangan Lupakan China 

Sebagai produsen terbesar kendaraan listrik dan baterai, China tak ingin tertinggal dalam perlombaan global ini. Pada awal Juli, para ilmuwan China mengeklaim telah mengembangkan baterai lithium solid state dengan biaya produksi yang jauh lebih rendah—kurang dari 10 persen dari biaya baterai konvensional. 

Langkah ini membawa China semakin dekat dengan ambisinya untuk menjadi yang pertama dalam menghadirkan teknologi baterai masa depan yang dapat merevolusi industri kendaraan listrik, dengan waktu pengisian yang lebih cepat, kinerja yang lebih baik, dan standar keamanan yang lebih tinggi. 

Menurut laporan South China Morning Post, Juli lalu, para peneliti dari Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok (USTC) di Provinsi Anhui telah menciptakan elektrolit solid state yang sangat menjanjikan untuk aplikasi komersial.

Kapan Baterai Solid State Tersedia di Pasaran?

Meski potensi baterai solid state sangat besar seperti pengisian daya yang kurang dari 10 menit yang dapat memberi jangkauan hingga 1000 km lebih, teknologi ini masih dalam tahap pengembangan dan belum tersedia secara massal. 

Tantangan teknis dan biaya produksi yang tinggi masih menjadi hambatan utama sebelum baterai ini dapat diadopsi secara luas dalam industri otomotif. Namun, dengan berbagai inovasi yang terus bermunculan, hari di mana baterai solid state akan membuat mobil listrik kian digemari konsumen di seluruh dunia juga semakin dekat.