JAKARTA - Berita mengejutkan datang dari produsen mobil listrik terkenal, Tesla, yang dipimpin oleh Elon Musk. Pabrikan ini mengumumkan penarikan kembali (recall) sebanyak 1,85 juta unit kendaraan listriknya di Amerika Serikat.
Menurut laporan Reuters, Kamis, 1 Agustus, langkah ini diambil karena adanya risiko kegagalan perangkat lunak yang bertugas mendeteksi kap mesin yang tidak terkunci. Ketika kap mesin tidak terkunci, bisa terbuka sepenuhnya dan menghalangi pandangan pengemudi, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan. Informasi ini disampaikan oleh National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA).
Untuk mengatasi masalah ini, Tesla telah meluncurkan pembaruan perangkat lunak over-the-air yang mampu mendeteksi kap mesin yang terbuka dan memberikan peringatan kepada pengemudi.
Recall ini mencakup beberapa model kendaraan, antara lain Model 3, Model S, dan Model X produksi tahun 2021-2024 serta Model Y produksi tahun 2020-2024.
Tesla menyatakan bahwa ada tiga laporan mengenai masalah ini di Amerika Serikat, namun belum ada laporan kecelakaan atau cedera terkait masalah tersebut. Kendaraan yang terlibat dilengkapi dengan kait kap yang diproduksi di China oleh Magna Closured Co. Ltd.
BACA JUGA:
Pada Maret lalu, Tesla mulai menyelidiki keluhan pelanggan terkait kejadian pembukaan kap yang tidak disengaja pada kendaraan Model 3 dan Model Y di China. Mereka kemudian memulai pemulihan perangkat keras kait dan pemeriksaan kendaraan di pusat servis. Meskipun kejadian serupa lebih jarang terjadi di Eropa dan Amerika Utara, Tesla melakukan studi teknik di wilayah tersebut dan memutuskan untuk melakukan recall pada awal Juli lalu.
Ini bukan kali pertama Tesla melakukan penarikan besar-besaran. Pada Januari lalu, perusahaan ini juga menarik 1,6 juta unit kendaraan di China. Secara total, Tesla telah menarik 1.610.105 kendaraan yang diproduksi antara 26 Agustus 2014 hingga 20 Desember 2023, termasuk Model 3 dan Model Y produksi lokal, serta Model S, X, dan 3 yang diimpor.
Data dari State Administration for Market Regulation di China menunjukkan bahwa masalah ini terjadi saat mengaktifkan fungsi kemudi bantuan otomatis. Penggunaan yang tidak tepat dari fungsi tersebut dapat meningkatkan risiko kecelakaan.