Bagikan:

JAKARTA - Pertumbuhan pasar kendaraan listrik belumlah sesuai harapan khususnya yang terjadi saat ini di Eropa. Hal inilah yang mendorong Automotive Cells Company (ACC), perusahaan patungan antara Stellantis, Mercedes-Benz, dan TotalEnergies, menghentikan sementara pembangunan dua gigafactory penghasil baterai kendaraan listrik.

Melansir InsideEvs, 6 Juni, awalnya, ACC ditargetkan membangun tiga pabrik baterai di Uni Eropa dengan total investasi sekitar 7,6 miliar dolar AS hingga 2030. Lokasinya berada di Kaiserslautern, Jerman, Termoli, Italia, dan Douvrin, Prancis.

Pabrik di Douvrin sudah mulai beroperasi tahun lalu, namun dua lainnya kini ditunda sementara. ACC sedang mengkaji ulang langkah selanjutnya karena proyeksi pertumbuhan mobil listrik dari beberapa produsen ternyata terlalu optimistis.

Menyikapi ini CEO Stellantis Carlos Tavares ini lebih pada penyesuaian rencana inivestasi yang selaras skema adopsi mobil listrik di Eropa.

“Jika pasar Eropa beralih ke mobil listrik lebih cepat dari rencana, kami akan berinvestasi lebih cepat. Jika peralihan pasar Eropa lebih lambat, maka kami juga tidak akan berinvestasi secara terburu-buru,” ujarnya dilansir dari Bloomberg, 5 Juni.

Ketiga pabrik tersebut tadinya direncanakan memiliki output sebesar 40 gigawatt-hour (GWh) per tahun. Angka tersebut cukup untuk memberi daya pada sekitar 600.000 mobil. Kini, dengan ditundanya pembangunan dua pabrik dan kapasitas fasilitas Prancis hanya 13 GWh/tahun, target produksi menjadi terhambat.

Meski demikian, Mercedes-Benz yang memegang 30 perseb saham ACC menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tetap berkomitmen pada perusahaan patungan tersebut dan rencana elektrifikasi mereka tidak berubah. Stellantis memegang 45 persen saham, sedangkan Saft, anak perusahaan TotalEnergies, memiliki 25 persen saham perusahaan tersebut.

Sementara, CEO ACC Yann Vincent mengatakan permintaan mobil listrik di Eropa telah melambat, dengan pertumbuhan hanya diharapkan pada segmen pasar massal. Akibatnya, gigafactory Jerman kemungkinan akan memproduksi baterai sel lithium iron phosphate (LFP) yang lebih murah daripada baterai nickel manganese cobalt (NMC). Namun, baterai LFP juga memiliki kepadatan energi yang lebih rendah. ACC menyatakan perlu meneliti dan mengembangkan baterai berbiaya rendah ini untuk memasok mobil listrik yang lebih terjangkau.