Bagikan:

JAKARTA - Menjalankan ibadah puasa bukan berarti menghentikan aktivitas, termasuk mengemudi. Namun, mengemudi saat berpuasa, apalagi untuk perjalanan jauh seperti mudik membutuhkan persiapan yang matang. Rasa lapar dan haus bisa menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga konsentrasi di jalanan. Dan di sinilah, keselamatan diri dan orang lain dipertaruhkan.

Praktisi Keselamatan Jalan Raya dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, menjelaskan bahwa kehilangan fokus saat mengemudi saat berpuasa termasuk kategori Cognitive Distraction. Rasa tertekan akibat perut lapar dapat mengganggu kemampuan kognitif dan memicu kecemasan.

“Jadi ada tiga kelompok yang dapat mengganggu konsentrasi, pertama Optical Distraction, lalu Manual Distraction, dan Cognitive Distraction. Masalah kehilangan fokus pada saat berkendara saat berpuasa ialah Cognitive Distraction yang disebabkan rasa tertekan dengan perut yang lapar,” kata Jusri saat dihubungi VOI, Rabu, 20 Maret.

Bukan Sekadar Lapar

Ia menambahkan, menunggu waktu berbuka kerap menjadi fokus utama pengemudi, sehingga pengemudi mudah terburu-buru dan kehilangan kesabaran. Hal ini dapat memicu emosi dan mengganggu konsentrasi. Kemampuan kognitif yang menurun membuat pengemudi lebih mudah terintimidasi dan terprovokasi oleh situasi di jalan.

“Ini yang bisa mengintimidasi dan memprovokasi dia. Akhirnya dia merasa cemas dan orang yang mengalami kondisi ini akan terganggu konsentrasinya karena kemampuan kognitifnya menurun. Dia akan emosi dan tidak sabaran gitu ya,” jelas Jusri.

Menurut Jusri, pengemudi diharuskan menetralkan pikiran dan rasa cemas sebelum melakukan aktivitas perjalanan jauh seperti mengemudi ketika berpuasa agar selamat sampai tujuan.

“Pengemudi harus meninggalkan semua masalah yang mengganggunya dan dia harus dalam keadaan sehat secara mental,” pungkas Jusri.