JAKARTA - Kiprah pabrikan otomotif China sebagai penyedia kendaraan listrik secara global saat ini tak bisa dianggap remeh. Tidak hanya menghadirkan kendaraan dengan teknologi canggih, beberapa merek tersebut juga aktif dan berhasil mencari solusi agar harga mobil listrik menjadi lebih terjangkau.
Tren inovatif yang terus-menerus ditunjukkan oleh produsen otomotif China telah mendorong sejumlah pabrikan lain untuk merespons.
Nissan, sebagai pelopor di awal era elektrifikasi, kini berencana untuk bermitra dengan rekan sejawatnya, Honda. Kolaborasi ini bertujuan untuk menekan harga mobil listrik agar semakin kompetitif di pasaran.
Menurut laporan Nikkei Asia, Jumat, 15 Maret, rencana kerjasama antara Nissan dan Honda akan difokuskan pada pengurangan biaya pengembangan dengan memperkenalkan drivetrain yang dapat digunakan oleh kedua perusahaan.
Laporan tersebut juga menyinggung kemungkinan pengembangan bersama dalam hal desain dan platform, serta kemungkinan berbagi teknologi baterai listrik.
Sebagai hasilnya, Nissan akan memperluas jaringan kemitraannya dengan pabrikan lain selain aliansi dengan Renault, yang tengah mempersiapkan proyek mobil listrik Micra EV dengan platform yang dibagi bersama Renault 5 EV terbaru.
BACA JUGA:
Untuk Honda, kerja sama lintas merek bukanlah hal baru. Sebelumnya, pada April 2022, perusahaan berbasis di Tokyo ini telah bermitra dengan General Motors (GM) untuk mengembangkan sejumlah kendaraan listrik terjangkau dengan teknologi baterai Ultium.
Namun, kemitraan tersebut sayangnya berakhir singkat setelah keduanya memutuskan untuk bubar pada tahun sebelumnya. Dilaporkan bahwa kesepakatan tersebut menghabiskan investasi hingga 5 miliar dolar AS.
Selain itu, Honda juga telah menjalin kerja sama dengan salah satu raksasa teknologi, Sony, dalam memproduksi kendaraan listrik dengan harga terjangkau. Melalui merek Afeela, kerjasama ini diperkirakan akan melahirkan tiga model pada akhir dekade ini.