JAKARTA - Unit robotaxi General Motors, Cruise, minggu lalu menghentikan semua perjalanan mobil yang diawasi dan manual di Amerika Serikat sambil memperluas tinjauan keamanan pada robotaxi.
Namun, akibat penghentian ini menimbulkan kekacauan di dalam perusahaan dan memaksa CEO Kyle Vogt dan chief product officer Daniel Kan mengundurkan diri pada awal minggu ini.
Kabar terbaru yang dilaporkan Reuters, 22 November mengungkapkan bahwa Cruise berencana untuk meluncurkan kembali layanannya di satu kota tanpa disebutkan namanya sebelum memperluas ke kota-kota lain.
Keputusan baru ini diambil hanya beberapa minggu setelah California melarang kendaraan otonom Cruise berada di jalan umum menyusul kecelakaan bulan lalu.
"Dengan langkah-langkah untuk meningkatkan budaya keselamatan kami dan membangun kembali kepercayaan, strategi kami adalah meluncurkan kembali di satu kota dan membuktikan kinerja kami di sana, sebelum melakukan ekspansi," demikian pernyataan perusahaan.
Sebelum Cruise menghentikan operasinya, CEO GM Mary Barra mengatakan bahwa Cruise dan teknologi kendaraan otonomnya dapat menghasilkan 50 miliar dolar AS pendapatan pada tahun 2030, menjadikan bisnis robotaxi sebagai bagian besar dari strategi perusahaan untuk meningkatkan pendapatan menjadi 280 miliar dolar AS.
Diketahui, akibat berbagai masalah yang dihadapi, GM kehilangan lebih dari 700 juta dolar AS akibat Cruise pada kuartal ketiga tahun ini dan lebih dari 8 miliar dolar AS sejak tahun 2016.
BACA JUGA:
Sementara itu, di satu sisi GM menghadapi banyak masalah mulai dari biaya tenaga kerja yang lebih tinggi di bawah kontrak baru dengan United Auto Workers, lalu penjualan kendaraan listrik yang lebih lambat dari perkiraan, dan standar emisi baru yang mahal dari pemerintah AS.
Kembali ke kota di mana Robotaxi akan kembali beroperasi, dipastikan bukan San Francisco, di mana kecelakaan terjadi.
Cruise memiliki operasi di Phoenix dan Austin, di mana regulator lebih bersedia bekerja sama. Pesaingnya, Waymo, juga memiliki operasi luas di kota-kota tersebut.