Bagikan:

JAKARTA - Pabrikan mobil asal Jepang, Subaru, mengumumkan rencananya untuk menjual 600.000 unit mobil listrik bertenaga baterai setiap tahun mulai tahun 2030. Langkah ini diambil dengan tujuan agar mobil listrik menyumbang 50% dari target penjualan global Subaru. Rencana ambisius ini diumumkan oleh Subaru pada hari Rabu, 2 Agustus.

Subaru juga berencana menginvestasikan sekitar 1,5 triliun yen (sekitar 10,51 miliar dolar AS) menjelang awal dekade mendatang untuk proses elektrifikasi.

"Lima tahun mendatang hingga tahun 2028 adalah periode yang sangat penting bagi kami untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut," ujar Atsushi Osaki, CEO perusahaan, dilansir dari Reuters, 2 Agustus.

Sebelumnya, Subaru bertujuan agar mobil listrik baterai dan hybrid menyumbang setidaknya dua perlima dari total penjualan global tahunan yang diperkirakan mencapai sekitar 1,2 juta kendaraan pada tahun 2030.

Pabrikan yang dikenal melalui crossover Outback ini berencana menjual 400.000 unit mobil listrik di Amerika Serikat pada tahun 2028. Mereka juga berencana untuk memperluas jajaran mobil listriknya menjadi delapan model pada akhir tahun yang sama.

Saat ini, Subaru telah memproduksi mobil listrik massal pertamanya, yaitu Solterra, di pabrik Motomachi milik Toyota. Mereka berencana menghadirkan tiga model mobil listrik baru pada akhir tahun 2026 dan empat model tambahan pada akhir tahun 2028.

Dengan target baru ini, Subaru, yang dikenal karena ketergantungannya pada pasar Amerika Utara, mengikuti langkah produsen mobil Jepang yang lebih besar seperti Toyota dalam mengintensifkan upaya elektrifikasinya.

Toyota, sebagai produsen mobil terbesar di dunia berdasarkan penjualan, telah merancang strategi pada bulan Juni untuk bersaing lebih baik di pasar mobil listrik global. Rencananya termasuk perombakan rantai pasokan dan pengembangan baterai untuk meningkatkan jarak tempuh mobil.

Subaru, yang sahamnya merupakan bagian dari kepemilikan Toyota, kemungkinan akan memulai produksi mobil listrik di Amerika Serikat sekitar tahun 2027 atau 2028, ungkap Osaki. Keputusan ini dipengaruhi oleh sejauh mana konsumen di Amerika Serikat beralih ke mobil listrik.