Bagikan:

JAKARTA - Di tengah pertumbuhan kendaraan bertenaga listrik yang sedang tinggi, beberapa pabrikan tetap berupaya mencari energi alternatif untuk menciptakan udara bersih bebas emisi.

Toyota dan BMW, misalnya, sedang mengembangkan energi hidrogen pada kendaraan mereka, sementara pabrikan lain merangkul bahan bakar sintetis atau e-fuel untuk masa depan.

Namun, GAC Group, sebuah perusahaan otomotif asal China, melakukan terobosan yang tidak biasa. Mereka berhasil mengembangkan mesin prototype yang menggunakan bahan bakar amonia cair.

Dilaporkan oleh laman Autocar, Selasa, 4 Juli, GAC bekerjasama dengan Toyota dalam mengembangkan bahan bakar terbaru untuk mesin berbahan bakar internal. Inspirasi pengembangan bahan bakar ini datang dari industri maritim dan pengangkutan, yang telah mengeksplorasi penggunaan amonia sebagai alternatif diesel untuk kapal dan truk kontainer.

Menurut klaim perusahaan, mesin 4-silinder 2,0 liter dengan tenaga 158 dk yang dikembangkan dapat mengurangi emisi gas karbon hingga 90 persen dibandingkan dengan bahan bakar bensin.

Meskipun bukan mesin pertama yang menggunakan energi amonia, potensi inovasi ini menjadi yang pertama untuk diaplikasikan pada mobil produksi atau kendaraan berpenumpang.

Namun, pengembangannya tidak berjalan tanpa hambatan. GAC berhasil mengatasi beberapa masalah, seperti emisi nitrogen yang berlebihan dan peningkatan tekanan pembakaran dibandingkan dengan mesin bensin.

“Kami telah berhasil mengatasi masalah sulit membakar amonia secara cepat dan menggunakannya untuk kendaraan penumpang," kata Qi Hongzhong, seorang insinyur di pusat R&D GAC.

Amonia memang zat yang sangat beracun dan sering digunakan sebagai pupuk, namun sifatnya yang mudah terbakar membuatnya menjadi sorotan untuk kebutuhan transportasi masa depan. Menarinya, amonia yang memiliki sekitar setengah kepadatan energi bensin, yakni 3.6kWh per liter, namun amonia tidak memancarkan karbon, hidrokarbon, atau CO2 saat dibakar.