Krisis Kelaparan di Papua Tengah: Seruan Duka dan Tantangan Kemanusiaan
Kekeringan di Papua Tengah mengakibatkan krisis kelaparan. (Antara)

Bagikan:

Papua Tengah, sebuah wilayah kaya akan alam dan sumber daya, juga menjadi tempat tambang emas Grasberg yang dioperasikan oleh Freeport Indonesia dihadapkan pada gelombang kelaparan yang mengancam penduduknya. Enam nyawa hilang akibat kelaparan. Peristiwa ini tak bisa diabaikan, terutama di era globalisasi. Pemerintah Kabupaten Puncak di Papua Tengah berharap cuaca tak lagi menjadi penghalang dalam distribusi bantuan bagi mereka yang terjebak kelaparan. Namun, apakah cuaca sungguh akar permasalahan ini?

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat cuaca ekstrem di Papua Tengah menyebabkan suhu dingin tak terduga, berkontribusi pada kekeringan parah. Bagaimana dampak cuaca ini pada pertumbuhan tanaman dan pasokan pangan? Walaupun cuaca penting, tindakan tegas dan tepat diperlukan untuk atasi krisis ini.

Pemerintah sudah bertindak, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Kepala BNPB meninjau distrik terdampak kelaparan. Namun, hambatan distribusi dan transportasi tetap signifikan. Wakil Presiden memerintahkan alternatif pengiriman bantuan ke Puncak Papua Tengah.

Sejumlah pihak sebut masalah keamanan jadi akar kendala distribusi bantuan. Panglima TNI menolak klaim ini, tekankan aspek kemanusiaan tak boleh terganggu. Di bencana, semangat solidaritas dan perhatian sesama harus tak terhalang.

Menteri Pertanian coba atasi dengan tanam tanaman dalam polybag, inisiatif tangani kelaparan di Puncak Papua Tengah. Meski risiko cuaca, langkah kreatif mengatasi krisis.

Presiden Jokowi perintahkan bangun gudang logistik, perpanjang landasan pacu pesawat, tangani kekeringan dan kelaparan di Puncak Papua Tengah. Ada pula rencana lumbung pangan, butuh kerjasama, perencanaan, dan implementasi terperinci. Tindakan riil diperlukan, bukan sekadar rencana.

Fakta tak bisa diabaikan, Global Hunger Index (GHI) dilansir dari katadata, tunjukkan tahun 2021, tingkat kelaparan Indonesia level 18. Turun signifikan dari 2000, indeks 26,1.

GHI ukur tingkat kelaparan 0 hingga 100. Semakin tinggi, semakin parah. Dengan indeks kelaparan Indonesia level 18, kategori kelaparan sedang. Meski demikian, tetap waspada.

Krisis kelaparan menggambarkan hubungan antara pangan dan kebijakan global. Tindakan drastis India hentikan ekspor beras, cipta ketidakstabilan global, lonjakan harga beras global. Negara rentan seperti Indonesia, negara keempat konsumsi beras tertinggi, terancam krisis kelaparan.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, Indonesia impor beras 429.207 ton, naik 5% dari tahun sebelumnya. India suplai beras terbesar, diikuti Pakistan, Vietnam, Thailand, Myanmar.

Upaya tingkatkan produksi dan distribusi pangan sudah dilakukan pemimpin, tapi kerja sama dan koordinasi lebih erat kunci atasi kelaparan berlanjut. Sasaran swasembada pangan langkah lebih baik, tak mustahil, Indonesia pernah raih.

Tantangan kelaparan di Papua Tengah jadi pelajaran. Kuatkan kolaborasi lintas sektor, nilai kemanusiaan panduan utama. Tak boleh ada lagi korban kelaparan dalam perjalanan menuju kemakmuran. Semua pihak berwenang harus jamin tak ada lagi yang mati kelaparan di republik ini. Selamat Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia. Merdeka!