Tak Seperti Liverpool, Real Madrid <i>Will Always Walk Alone</i>
Real Madrid (Twitter @realmadrid)

Bagikan:

JAKARTA - Ingat. Selalu seperti ini. Setiap penggemar Real Madrid merasakan perasaan yang sama; tim kesayangan mereka sering dianggap tidak pernah menang karena kemampuan sendiri. Ya, tidak ada kemenangan yang diakui bersih.

Semuanya bernoda. Juara, ya, tapi... lumpur dipaksa melekat pada jersey putih kebanggaan Los Blancos

Itu adalah kisah yang telah ditulis dalam beberapa dekade terakhir, sebuah kisah paralel dalam perjalanan klub sejak berkobarnya Perang Saudara pada 1939 dan penandatanganan Alfredo di Stefano 14 tahun berselang. 

Apa yang membedakan Real Madrid dengan rival sekota Atletico Madrid? Los Blancos adalah tim yang selalu mendapat keuntungan dari sistem, baik oleh wasit maupun VAR, yang diciptakan untuk mengoreksi wasit. Itu kata mereka. 

Ayo, tinjau kembali memori sepak bola Anda. Buktikan kalau kami salah.

Ingat. Real Madrid disebut-sebut selalu menang dengan mencuri. Piala/Liga Champions yang hitam dan putih, bola panas dalam pengundian, gol offside, serangan balik ala Jose Mourinho, keberuntungan Sergio Ramos. 

Belum lagi gegar otak Loris Karius, atraksi judo Ramos di final yang sama dan, sekarang, VAR telah menjadi sekutu mereka.

Karena ini adalah Liga VAR, kata mereka. Yang sebelumnya, dimenangkan oleh Barcelona lewat VAR, dimenangkan oleh dominasi Barcelona dan bintangnya Lionel Messi. 

Tetapi gelar ini, jika Real Madrid menang, itu tidak sesuai dengan keinginan mereka, khususnya Barcelona. 

Ketika Barcelona atau Atleti menang, Real Madrid dikatakan sebagai lawan yang tangguh. Jangan tersinggung, kata-kata ini setua umur sepak bola itu sendiri.

Real Madrid selalu harus menjadi penjahat. Jika mereka mencetak banyak gol, itu dosa. Jika tidak, itu membosankan. 

Ketika mereka menang, mereka diminta untuk bermain dengan baik, tetapi ketika mereka bermain dengan baik dan tidak menang, mereka diminta untuk menang. 

Jika Gareth Bale tidak bermain, ada desakan untuknya agar bermain, dan jika dia bermain maka mengapa permainannya dipertanyakan?

Untuk beberapa tim, sepak bola praktis cukup berhasil. Bagi Real Madrid, kepraktisan adalah awan kemenangan mereka. 

Real Madrid hanya punya kritik. Real Madrid tidak punya perasaan. Mereka sesuatu yang lain.  

Para pengkritik meminta Real Madrid bermain indah dan jika tidak, itu lebih buruk. Real Madrid tidak boleh ditiru karena mereka bukan milik sekolah bergengsi, mereka berasal dari sebuah pabrik. 

Kemudian, pernyataan yang paling lucu datang dari Pep Guardiola setelah final Copa del Rey 2014. Salah satunya mengkritik keputusan wasit dalam laga yang dimenangi Real Madrid 2-1 itu.

Tentu saja Real Madrid tidak diizinkan menang 1-0 dengan penalti yang merupakan keputusan tepat. Keluhan makin menguat ketika itu tentang Real Madrid. 

Jangan lelah. Tetap nikmati permainan tim kesayangan kalian, dengan segala keberhasilan dan kegagalan mereka. Nikmati penderitaan yang diberkati ini, perjalanan yang membuat begitu banyak orang bahagia dan menyedihkan ini. 

Tidak mudah untuk mendukung tim ini. Real Madrid will always walk alone.