JAKARTA - Remaja Inggris Emma Raducanu mencatatkan sejarah menjadi petenis kualifikasi pertama yang merebut gelar Grand Slam dengan unggul dua set langsung atas petenis Kanada Leylah Fernandez pada pertandingan final tunggal putri US Open di New York, Sabtu waktu setempat (Minggu WIB).
Raducanu (18) adalah perempuan Inggris pertama dalam 44 tahun yang memenangi mahkota Grand Slam setelah mengalahkan pemain kidal peringkat ke-73 Fernandez yang berusia 19 tahun dengan skor 6-4, 6-3 untuk membawa pulang hadiah utama 2,5 juta dolar AS atau sekitar Rp35,6 miliar.
"Saya tahu saya harus menggali lebih dalam," kata Raducanu seperti dikutip dari AFP dilansir Antara, Minggu, 12 September.
"Itu adalah pertandingan yang sangat sulit tetapi saya pikir levelnya sangat tinggi. Saya harus memainkan permainan tenis terbaik saya."
Keberhasilan tersebut merupakan pencapaian luar biasa bagi remaja peringkat 150 itu, yang tidak kehilangan satu set pun dalam tiga pertandingan kualifikasi dan tujuh pertandingan di babak utama selama dua pekan di lapangan keras New York.
Raducanu menjadi orang Inggris pertama yang mengklaim mahkota US Open sejak Virginia Wade pada 1968 -- Wade juga menjadi perempuan Inggris terakhir yang mengambil gelar tunggal Grand Slam pada 1977 di Wimbledon.
Ratu Elizabeth II termasuk orang pertama yang memberikan penghormatan atas kemenangan luar biasa Raducanu.
"Ini adalah pencapaian luar biasa di usia yang begitu muda, dan merupakan bukti kerja keras dan dedikasi Anda," kata pemimpin kerajaan Inggris itu dalam sebuah pernyataan.
Wade dan legenda tenis putra Inggris, Tim Henman, juga 23.700 penonton dengan tiket terjual habis, menjadi saksi sejarah di Stadion Arthur Ashe untuk final Slam putri pertama antara pemain yang tidak masuk unggulan.
"Sangat berarti ada Virginia di sini dan juga Tim dan memiliki legenda dan ikon Inggris seperti itu, untuk mengikuti jejak mereka dan itu memberi saya keyakinan bahwa saya benar-benar bisa melakukannya," kara Raducanu.
BACA JUGA:
Fernandez, yang berusia 19 tahun pada Senin, telah menyingkirkan juara bertahan Naomi Osaka, peringkat kedua Aryna Sabalenka, unggulan kelima Elina Svitolina dan pemenang tiga kali Slam Angelique Kerber dalam perjalanan epiknya ke final.
"Saya sangat bangga dengan diri saya sendiri dengan cara saya bermain selama dua pekan terakhir," kata Fernandez.
"Saya berharap bisa kembali ke sini di final dan mendapatkan trofi yang tepat," Fernandez menambahkan sambil menangis, sebelum memberikan penghormatan kepada New York ketika kota itu menandai peringatan 20 tahun serangan 9/11.
"Saya tahu ini sangat sulit pada hari ini untuk New York," kata Fernandez.
"Saya hanya ingin mengatakan saya berharap saya bisa sekuat dan tangguh seperti New York selama 20 tahun terakhir."
Raducanu adalah juara US Open termuda sejak Williams pada 1999 dan juara putri US Open pertama yang tidak kehilangan satu set pun sejak Williams pada 2014.
Pertarungan para talenta ajaib itu adalah final Slam untuk pemain remaja pertama sejak Serena Williams yang berusia 17 tahun mengalahkan Martina Hingis yang berusia 18 tahun untuk memperebutkan mahkota US Open pada 1999.
"Kami berdua bermain tenis tanpa rasa takut selama dua pekan," kata Raducanu. "Saya harap kami saling bermain di lebih banyak turnamen dan semoga final."
"Ini menunjukkan masa depan tenis putri," katanya.
Raducanu memiliki pengalaman Grand Slam paling sedikit dibanding para pemenang Grand Slam putri mana pun. Dia mencapai putaran keempat pada bulan Juli di Wimbledon, satu-satunya penampilan Grand Slam Raducanu sebelumnya.