Bagikan:

JAKARTA - Parlemen Inggris mendesak Federasi Sepak Bola Inggris (FA) melarang pemain transgender berpartisipasi di sepak bola wanita.

Parlemen merasa perlu memberikan peringatan dini karena pemain trangender bisa menjadi isu perdebatan berkepanjangan.

Sepak bola Inggris sudah disusupi LGBT+. Penggunaan ban kapten dengan warna pelangi di pertandingan Liga Inggris menunjukkan bila sepak bola Inggris sudah terbuka dengan isu LGBT+.

Bahkan, FA tak keberatan kapten Timnas Inggris memakai ban pelangi yang identik dengan isu LGBT+.

Tak heran, bila ban kapten yang melilit di lengan Hary Kane sudah bukan lagi dengan simbol Tiga Singa di Piala Dunia 2022.

Namun, FIFA menyatakan tegas melarang memakai ban kapten pelangi sehingga Kane akhirnya tetap memakai simbol Three Lions.

Saat kapten tim sepak bola sudah memakai ban seperti itu dan sudut lapangan memakai bendera pelangi, maka tidak butuh waktu lama klub-klub sepak bola wanita bakal memakai pemain transgender.

Situasi itu menjadi perhatian Parlemen. Anggota Parlemen (MP) Penistone and Stocksbridge yang dipimpin Miriam Cates dari Partai Konservatif mengirim surat kepada FA untuk menyampaikan permintaan agar pemain transgender dilarang bermain di tim wanita.

Menurut media di Inggris, surat itu juga ditandatangani 47 anggota lain dan 27 anggota dari House of Lords.

Parlemen mengirim surat karena FA sepertinya 'menutup mata' terhadap isu tersebut. Federasi menyerahkan persoalan itu kepada 'individu dan manajer di klub'.

Padahal, FA punya kewenangan mengeluarkan larangan pemain transgender.

"Kami mendesak FA mengambil tindakan untuk melindungi pemain wanita dengan melarang pemain yang dilahirkan sebagai laki-laki bermain di tim sepak bola wanita," demikian surat dari Parlemen.

Ironisnya, FA ternyata sudah melangkah lebih jauh terkait persoalan transgender. Federasi ternyata mengizinkan pemain untuk kategori di atas U-16 bebas memilih berpartisipasi di tim sesuai dengan gender yang diinginkan.

Hanya, FA akan memberikan persetujuan berdasarkan setiap kasus dan tidak melakukannya secara umum.

Ini berarti, pemain transgender sudah diizinkan membela tim wanita. Yang penting, mereka dengan pertimbangan tertentu mendapat persetujuan dari FA untuk memperkuat di tim wanita.

Surat dari Parlemen sudah pasti mendapat penolakan dari kelompok pendukung transgender.

Mereka tentu berlindung di balik kata diskriminasi. Melarang atlet transgender bermain sepak bola di tim wanita sebagai bentuk diskriminasi.

Namun, kehadiran pemain transgender di tim wanita tetap mendapat kritikan. Saat memasuki masa pubertas, fisik mereka jelas berbeda dan sudah pasti lebih kuat ketimbang atlet wanita.

Ini tentu memberi keuntungan bagi pemain transgender bila bergabung dengan tim sepak bola wanita.