Bagikan:

SOLO – Mantan pelatih Timnas Indonesia, Jacksen F. Tiago, memberikan saran menarik buat pemain muda Indonesia yang ingin berkarier di luar negeri.

Pelatih asal Brasil itu menyebut ada delapan negara dengan liga yang sudah tertata rapi dan bisa membantu pemain Tanah Air makin berkembang. 

Jadi, dengan kata lain, Jacksen meminta para pemain muda untuk pintar memilah-milah negara mana yang dituju untuk mengembangkan karier sepak bola.

Soalnya, ada perbedaan besar pembinaan pemain muda di Indonesia dan negara-negara yang sudah berkembang sepak bolanya. Menurut Jacksen, sisi profesionalitas merupakan faktor pembeda.

Pemain profesional harus sepenuhnya fokus. Tentunya akan sulit fokus bila pemain masih memiliki dua profesi, yaitu menjadi pesepak bola dan bekerja di instansi lain.

Artinya, jika memfokuskan ke satu profesi, pesepak bola saja misalnya, para pemain juga pastinya akan menjalani karier dengan serius. Mereka akan disiplin dalam segala aspek untuk menunjang perkembangan sepak bolanya.

"Di sini (Indonesia) ada pemain yang datang ke tempat latihan hanya karena ingin bertemu dengan kawan-kawan. Mereka akhirnya lebih banyak mengobrol ketimbang latihan. Namun, ada pula yang serius menjalani latihan," ucap Jacksen dalam jumpa pers dengan media di Solo pada Rabu, 22 November 2023.

"Kebanyakan pemain Indonesia berpikir bahwa sepak bola itu masih sekedar hiburan, bukan profesi utama," kata pelatih asal Brasil ini.

Lingkungan seperti itu menjadi kurang mendukung para pemain muda untuk berkembang menjadi seorang pesepak bola profesional.

Karena itu, dirinya mendukung sikap eks pelatih Timnas level junior, Fakhri Husaini, yang mendorong pemain muda untuk bermain di luar Indonesia.

Hanya saja, mereka harus selektif memilih negara tujuan. Negara yang menjadi rekomendasi Jacksen antara lain Brasil, Italia, Inggris, Spanyol, Jerman, Belgia, Prancis, dan Portugal.

Tak masalah mereka bermain di divisi bawah karena liga di negara-negara tersebut sudah tertata dengan baik.

"Pemain muda Indonesia bisa belajar, terutama attitude dan kedisiplinan. Tidak hanya belajar sepak bola, tetapi sikap juga. Bagaimana menghormati wasit dan keputusannya, bagaimana menghormati pemain lawan," kata Jacksen.

"Mereka yang sudah pernah ke Eropa misalnya tentu akan berbeda saat pulang ke Indonesia," ujar pelatih yang sukses membawa Persipura Jayapura meraih tiga gelar juara Indonesia Super League (ISL).

"Karena itu, saya setuju dengan pernyataan Fakhri yang mendorong pemain Indonesia bermain di luar. Tak masalah bermain di divisi bawah di liga negara-negara tersebut."

"Meski bermain di divisi bawah, liganya sudah rapi dan berjenjang. Untuk saat ini jangan berpikir pemain Indonesia berada di kasta tertinggi. Levelnya sudah berbeda," ucapnya lagi.

Jacksen memberi gambaran bagaimana klub-klub di Brasil mendidik dan membina pemain muda.

Klub biasanya memberi latihan pada sore hari pukul 15.00. Namun, para pemain itu sudah berdatangan sejak pukul 10.00 pagi atau jauh sebelum jam latihan.

Mereka tak sekadar kumpul-kumpul, tetapi diawali dengan menjalani tes kesehatan. Selanjutnya mereka beristirahat dan kemudian menjaga kebugaran dengan masuk pusat kebugaran (gym), bahkan sampai makan bersama.

"Kami biasanya berlatih jam tiga sore. Namun, pemain sudah datang ke klub pukul 10 pagi. Setelah datang, mereka masuk laboratorium untuk tes kesehatan, lalu makan siang," ujarnya menerangkan.

"Selanjutnya, mereka beristirahat dan melanjutkan aktivitas di pusat kebugaran sebelum latihan di lapangan," ujar Jacksen yang terakhir kali menangani Persis Solo.

Selain itu, mantan juru taktik Timnas Indonesia pada medio 2013 itu menyebut soal keseriusan setiap klub di Brasil untuk fokus membina pemain muda. Berbagai infrastruktur yang dibutuhkan pemain tersedia dengan baik.

"Di Brasil, setiap klub memiliki psikolog, terutama untuk pembinaan usia dini. Sebab, seorang pemain muda itu dianggap sebagai aset yang berharga bagi klub. Semua infrastruktur yang dibutuhkan pemain untuk berkembang itu tersedia," katanya.

Menurut Jacksen pemain muda Indonesia sesungguhnya punya potensi. Mereka sudah menunjukkan kemampuan terbaik di Piala Dunia U-17 2023.

Para pemain itu juga bisa berkembang lebih baik untuk menjadi tulang punggung Timnas Indonesia ke depan. Persoalannya, mereka harus diarahkan secara tepat oleh PSSI.

Apakah mereka dikembalikan ke klub atau menjalani pemusatan latihan berjenjang dengan adanya promosi dan degradasi.