JAKARTA - Pebalap legenda MotoGP, Casey Stoner mengungkap kekhawatiran soal dua tim pabrikan besar asal Jepang, Honda dan Yamaha dalam kompetisi yang bergulir saat ini. Stoner takut dua pabrikan besar itu bakal meninggalkan MotoGP karena situasi merekayang terpuruk beberapa musim belakangan.
Pada dua musim terakhir, dominasi Honda dan Yamaha seperti terus tergerus. Sebaliknya, tim pabrikan Eropa seperti Ducati, KTM dan Aprilia justru mulai meroket.
Apalagi pada musim lalu Ducati berhasil membuktikan dominasi lewat hasil yang memuaskan. Pebalap mereka, Francesco Bagnaia keluar sebagai juara dunia.
Keadaan itu semakin memunculkan asumsi bahwa kekuatan Honda dan Yamaha yang mulai melemah. Apalagi Stoner juga merasa dua pabrikan Jepang ini cukup kesulitan dalam mengembangkan perangkat aerodinamika.
“Saya tidak berpikir Honda dan Yamaha yang harus disalahkan atas situasi saat ini. Sebaliknya, saya pikir peraturan telah diubah untuk membantu tim pabrikan Eropa dengan aerodinamika mereka,” ucap Stoner dikutip dari Crash, Minggu 30 Juli.
“Beberapa tahun lalu sebenarnya telah diputuskan melarang semua alat bantu aerodinamis, tapi kemudian rencana ini tiba-tiba dibatalkan lagi. Itu mengapa Suzuki meninggalkan MotoGP,” sambungnya.
BACA JUGA:
Keadaan inilah yang kemudian memunculkan ketakutan di pikiran Stoner. Ia merasa andai Yamaha dan Honda terus gagal mengimbangi kemampuan mengembangkan perangkat, bukan tidak mungkin dua tim pabrikan Jepang itu akan meninggalkan MotoGP.
“Saya khawatir Honda dan Yamaha juga akan pergi, karena apa yang ada di MotoGP saat ini bukanlah komitmen mereka,” imbuhnya.
“Sepeda motor MotoGP sekarang sudah seperti mobil F1 dengan dua roda. Terakhir saya melihat, MotoGP masih balapan sepeda motor, bukan F1! Beberapa tahun yang lalu dikatakan bahwa MotoGP harus menuju ke arah yang berbeda, tetapi sekarang tiba-tiba berubah drastis,” kata Stoner.
Mantan pembalap Honda dan Ducati yang dua kali merasakan gelar juara dunia itu kemudian menjelaskan alsan mengapa tim Eropa seperti Ducati mampu lebih unggul dalam mengembangkan perangkat aerodinamika.
“Aerodinamika membutuhkan banyak sumber daya. Selain itu lebih sulit mengembangkan sesuatu dengan cepat di Jepang daripada di Eropa, tetapi memang aerodinamika berkembang dengan cepat,” ujar Stoner.
“Sulit untuk mengatakan apa yang ada di benak para pembuat keputusan di tim pabrikan Jepang, saya belum berbicara dengan mereka. Tapi faktanya mereka sedang berjuang dan mungkin tidak mau mengikuti perkembangan ini. Menurut saya, seharusnya tidak perlu ada winglet dan perangkat semacamnya,” tandasnya.