Bagikan:

JAKARTA - Nyaris tiga hari sudah tragedi memilukan yang menewaskan ratusan nyawa manusia di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, terjadi. Beberapa institusi terkait pun sudah memberikan kronologi kejadian itu.

Tragedi kemanusiaan di Kanjuruhan terjadi usai Persebaya Surabaya mencatat kemenangan 3-2 atas Arema FC dalam laga bertajuk Super Derbi Jawa Timur, Sabtu, 1 Oktober lalu. Laga itu merupakan lanjutan pekan ke-11 Liga 1 Indonesia musim kompetisi 2022/2023.

Beberapa saat setelah kejadian, PSSI pun langsung memberikan keterangan resmi di situs mereka. Induk sepak bola nasional mengatakan kejadian terjadi usai laga dan mereka akan melakukan investigasi.

"Dari tayangan video di media sosial yang sudah tersebar di mana-mana terlihat ada kerusuhan setelah wasit meniup peluit panjang," ujar Sekjen PSSI, Yunus Nusi, seperti dikutip situs federasi.

Pertandingan Arema menjamu Persebaya sejatinya berjalan sangat kondusif selama 90 menit karena cuma suporter tuan rumah yang dibolehkan hadir menonton langsung. Namun, hura-hara di lapangan terjadi pasca laga setelah Armenia (superter Arema) masuk lapangan.

Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta dalam konferensi pers pada Minggu kemarin, juga mengonfirmasi hal itu. Ia mengatakan, proses berjalannya laga sama sekali tidak ada permasalahan, tetapi kekecewaan suporter setelah itu menjadi pemicu.

"Terjadi kekecewaan dari penonton yang melihat tim kesayangnya tidak pernah kalah dalam 23 tahun saat bertanding di kandang sendiri," ujar Afinta.

Awalnya, suporter yang jumlahnya diperkirakan ribuan turun ke lapangan. Hal ini kemudian memicu aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah massa, dan membuat suporter berdesakan membubarkan diri keluar stadion lalu terjadi penumpukan massa.

Penembakkan gas air mata di dalam stadion inilah yang disebut menjadi biang malapetaka di Kanjuruhan. Desak-desakan antara penonton mencari jalan keluar membuat banyak yang pingsan karena kehabisan nafas. Efek gas airmata pun memperburuk keadaan.

Korban jiwa pun mulai berjatuhan di tengah sesaknya pintu keluar dan ruangan-ruangan di dalam stadion. Per Minggu pagi kemarin, korban yang dilaporkan meningkat menjadi 127 jiwa sebelum informasi terbaru menyebut angka kematian sudah berada di 182 jiwa.

Angka itu menjadikan tragedi Kanjuruhan terbesar kedua di dalam sejarah sepak bola dunia setelah tragedi di Estadio Nacional, Peru, di tahun 1964, yang menewaskan 328 jiwa. Namun, sejauh ini laporan terkait korban jiwa sendiri masih simpang siur.

Langkah PSSI

Setelah mendapat kabar yang terjadi di Malang, PSSI segera melakukan investigasi. Tim investigasi dipimpin langsung Ketua Umum Mochamad Iriawan.

PSSI juga memutuskan untuk melarang Arema FC menggelar pertandingan kandang di sisa musim kompetisi Liga 1 2022/2023.

Selain itu, PSSI juga menghentikan sementara kompetisi Liga 1 imbas dari insiden maut ini.

"Tentu menjadi evaluasi PSSI agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Kami juga langsung membentuk tim investigasi untuk insiden ini. Tim sudah bekerja mulai hari ini,” kata Iriawan.

"Untuk sementara kompetisi Liga 1 2022/2023 kami hentikan hingga waktu yang tidak ditentukan. Selain itu tim Arema FC dilarang menjadi tuan rumah selama sisa kompetisi musim ini," tambahnya.

Presiden Hentikan Liga 1 Indonesia

Penghentian Liga 1 ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. Presiden juga telah meminta Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali, Kapolri, dan Ketua Umum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepak bola, dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraannya.

"Saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1, sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan," kata Presiden, dilansir dari situs Sekretariat Kabinet.

Presiden berharap kejadian di Stadion Kanjuruhan ini menjadi tragedi sepak bola terakhir di Indonesia. Ia meminta agar sportivitas, rasa kemanusiaan, dan rasa persaudaraan bangsa Indonesia harus terus dijaga bersama.

"Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini, dan saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepak bola di tanah air. Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang," tambah dia.

Sementara itu, Sekjen PSSI Yunus Nusi dalam keterangan terbaru juga mengonfirmasi penghentian kompetisi Liga 2 sampai batas waktu yang belum ditentukan.

"Untuk yang Liga 1 dan Liga 2 kami hentikan. Untuk yang gelaran lainnya tidak terganggu apalagi untuk yang AFC. Kita juga berharap baik dari pihak pemerintah agar kita tetap laksanakan karena lima negara sudah ada di Indonesia," ujar dia.