Bagikan:

YOGYAKARTA – Insiden kerusuhan di stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai pertandingan Arema FC vs Persebaya menyisakan luka yang teramat dalam. Tak sedikit insan sepak bola Tanah Air dan juga dunia yang mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya ratusan orang dalam tragedi tersebut. Berikut fakta-fakta tragedi kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 malam.

Fakta Tragedi Kanjuruhan

Melansir pemberitaan VOI, Senin, 3 Oktober 2022, berikut sederet fakta mengenai kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya.

  1. Jumlah Korban Jiwa dalam Tragedi Kanjuruhan
Ilustrasi Korban Meninggal Akibat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Ilustrasi Korban Meninggal Akibat Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan (Antara).

Menurut pernyataan Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo,sementara, ada 455 orang yang jadi korban dari tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.

"Jumlah korban 455 orang," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo dalam keterangannya, Senin, 3 Oktober.

Jumlah itu terdiri dari 125 orang dinyatakan meninggal dunia dan sisanya mengalami luka berat dan ringan.

"Korban luka berat 21 orang dan luka ringan 304 orang," kata Dedi.

  1. Dipicu Tembakan Gas Air Mata
Polisi Menembakkan Gas Air Mata
Polisi menembakan gas air mata saat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan (Antara/Ari Bowo Sucipto)

Tembakan gas air mata yang diarahkan ke tribun penonton diduga jadi salah satu pemicu jatuhnya ratusan korban. Penonton yang panik lantas berebut keluar stadion. Mereka tak hanya berdesak-desakan, saling injak, hingga bertaruh nyawa agar bisa keluar dengan selamat.

  1. Media Internasional Ikut Sorot Tragedi Kanjuruhan

Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan tak hanya menghiasi lini masa media nasional. Beberapa media internasional juga ikut mewartakan tragedi tersebut.

Salah satunya Bleacher Report. Lewat akun Twitter-nya @brfootball mengabarkan tragedi Kanjuruhan.

"Liga sepak bola Indonesia telah dihentikan selama satu minggu setelah lebih dari 120 penggemar sepak bola meninggal pada hari Sabtu ketika pertempuran meledak antara pendukung Arema dan Persebaya Surabaya," tweet @brfootball.

Begitu pun dengan media The Guardian asal Inggris yang juga turut memberitakan peristiwa tersebut, "Lebih dari 120 orang dilaporkan tewas dalam kerusuhan di pertandingan sepak bola Indonesia," cuit @TheGuardian.

Dalam artikel The Guardian, ia menceritakan bagaimana kerisuhan ini bisa terjadi, "Perkelahian kabarnya dimulai saat ribuan suporter Arema berhamburan ke lapangan. Pemain Persebaya langsung meninggalkannya namun beberapa pemain Arema yang masih berada di lapangan juga ikut diserang," tulis The Guardian.

"Laporan lokal mengatakan hingga 3.000 penonton turun ke lapangan setelah pertandingan, dari 40.000 penonton. Polisi mengatakan 13 kendaraan rusak, termasuk 10 mobil polisi. Gambar yang diambil dari dalam stadion selama penyerbuan menunjukkan sejumlah besar gas air mata dan orang-orang memanjat pagar. Orang-orang membawa penonton yang terluka melalui kekacauan," imbuhnya.

Terakhir yang menjadi pantauan VOI, adalah media asal Amerika Serikat (AS) Fox Sport yang memberitakan dengan judul, "Lebih dari 100 orang tewas, liga ditangguhkan saat kerusuhan sepak bola berakhir dengan bencana."

  1. La Liga Spanyol Mengheningkan Cipta untuk Tragedi Kanjuruhan

La Liga dan Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) ikut mengheningkan cipta untuk tragedi Kanjuruhan.

Seluruh pertandingan pekan ketujuh La Liga Spanyol, menggelar mengheningkan cipta satu menit untuk menghormati korban meninggal Tragedi Kanjuruhan.

“La Liga dan REFF Mengucapkan belasungkawa kepada masyarakat Indonesia, terutama keluarga yang meninggal, serta berharap pemulihan cepat bagi mereka yang terluka."

Barcelona dalam cuitannya berucap, "Sakit dengan peristiwa tragis di Stadion Kanjuruhan. Menolak semua tindakan kekerasan baik di dalam maupun di luar lapangan."

Di Inggris, para pemain mengenakan ban lengan hitam dalam dua pertandingan Liga Premier pada Minggu 2 Oktober 2022, dan beberapa klub menyampaikan belasungkawa mereka kepada para korban bencana.

  1. Anak 11 Tahun Jadi Yatim Piatu Akibat Kerusuhan di Kanjuruhan

Seorang anak bernama M Alfiansyah (11) menjadi yatim piatu akibat tragedi kanjuruhan.

Alfiansyah bersama kedua orangtuanya, M Yulianton (40) dan Devi Ratna Sari (30) terjebak di dalam stadion Kanjuruhan saat terjadi kerusuhan.

Akan tetapi naas, kedua orang tua Alfiansyah meninggal saat hendak keluar dari Stadion lewat pintu 14.

Alfiansyah mengatakan, pada saat kerusuhan terjadi, dia bersama kedua orang tuanya berusaha untuk keluar dari dalam stadion. Alfiansyah mengaku sempat terjatuh, namun ia kemudian berdiri dan bergegas untuk keluar.

"Waktu mau ke bawah saya terjatuh, terus langsung berdiri. Itu masih bersama ayah dan mama. Setelah saya berdiri saya didorong dari belakang dan kemudian melihat ayah terjatuh," ujarnya.

Setelah ayah Alfiansyah terjatuh tersebut, dia kemudian berjalan secara perlahan hingga bisa keluar dari Stadion Kanjuruhan.

  1. Komnas HAM Temukan Indikasi Pelanggaran HAM
Anggota Komnas HAM Choirul Anam
Anggota Komnas HAM Choirul Anam (dua kiri) saat konferensi pers di kantor manajemen Arema FC di Kota Malang, Senin (3/10/2022). (ANTARA/Willy Irawan)

Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Choirul Anam menyebut ada indikasi terjadinya pelanggaran HAM saat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang mengakibatkan 125 orang meninggal dunia.

"Beberapa informasi yang kami dapatkan, kekerasan memang terjadi," kata Choirul Anam.

Beberapa kekerasan yang terbukti adalah tendangan yang dilakukan oleh aparat keamanan terhadap suporter. Bahkan, ketika suporter Arema sedang berjalan kaki di pinggir lapangan, kekerasan masih dilakukan aparat keamanan.

"Ditendang, kena kungfu di lapangan. Nah, itu tidak hanya Komnas HAM yang melihat, tapi semua juga bisa lihat," ujar Anam.

Anam mengatakan Komnas HAM sedang menelusuri dan melihat kondisi Stadion Kanjuruhan Malang untuk memastikan apa yang terjadi dalam kerusuhan yang menewaskan 125 orang, termasuk dua anggota polisi.

Demikianlah fakta-fakta mengenai tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang.