Bagikan:

JAKARTA — Novak Djokovic masih harap-harap cemas bisa dapat izin untuk berlaga di Australia Open pada Januari nanti setelah absen tahun ini karena tidak divaksinasi COVID-19.

Petenis pemilik 21 gelar Grand Slam itu dideportasi dari Australia pada Januari lalu setelah proses hukumnya selama sepuluh hari memuncak dengan pencabutan visa. Kini ia pun tentu berharap bisa tampil meski belum divaksin juga.

"Ini benar-benar tidak berada di tangan saya saat ini. Jadi, saya berharap saya akan mendapatkan beberapa berita positif," kata petenis Serbia itu dalam konferensi pers di Piala Laver pada Kamis, 22 September, dilansir Calgary Herald.

Djokovic saat ini tengah berusaha mengejar rekor gelar Grand Slam milik Rafael Nadal. Petenis Spanyol itu masih memimpin daftar tunggal putra tersukses di ajang paling besar tersebut dengan 22 gelar.

Petenis yang memiliki rekor sembilan gelar di Melbourne Park itu masih unggul satu trofi dari Roger Federer (20 gelar). Namun, Federer sudah keluar dari persaingan karena akan pensiun setelah Laver Cup di London.

Meskipun berusaha menyamai Nadal, Djokovic tetap bersikeras menolak vaksin. Ia lebih memilih dikeluarkan dari turnamen daripada harus menerima suntikan vaksin virus corona.

Keputusan Djokovic menolak divaksin membuat dirinya tidak bisa mengikuti dua dari empat turnamen Grand Slam musim ini. Satu turnamen lain yang tidak memberinya izin adalah US Open yang baru berakhir bulan ini.

Selain itu, ia juga melewatkan empat acara besar lainnya karena Amerika Serikat dan Kanada saat ini masih melarang masuknya warga negara asing yang belum menerima vaksin COVID-19.

"Saya tidak menyesal. Maksud saya, saya merasa sedih karena saya tidak bisa bermain [di US Open], tetapi itu adalah keputusan yang saya buat dan saya tahu apa konsekuensinya. Jadi, saya menerimanya," kata dia.

Musim ini Djokovic hanya tampil di Roland Garros dan Wimbledon. Ia kalah dari Nadal di perempat final di Prancis pada Juni sebelum memenangi gelar Grand Slam ke-21 di Wimbledon pada Juli.