Holywings Bakal Gelar Tinju <i>Season</i> Kedua, Ada Selebriti Perempuan Naik Ring?
Co-founder Holywings Indonesia, Ivan Tanjaya (kiri). (Foto: Cosmas Kopong Beda/Voi)

Bagikan:

JAKARTA – Holywings Sport Show (HSS) siap menggelar ajang tinju season kedua dalam waktu dekat. Rencananya ada selebriti perempuan nasional yang ikut naik ring untuk meramaikan gelaran tersebut.

Sebelumnya HSS sudah sukses menggelar season pertama pada 27 Februari lalu dengan partai utama antara petinju Indonesia Tibo Monabesa melawan petarung Filipina Jayson Fayson. Adapun seri kedua siap dilaksanakan pada Juni mendatang.

"Bisa dilaksanakan setelah lebaran mungkin di bulan Juli. Target saya ada 12 pertandingan dibagi dua. Bocoran ada selebriti perempuan yang bertanding di HSS season kedua nanti," kata Co-founder Holywings Indonesia, Ivan Tanjaya pada Kamis, 17 Maret.

Saat menggelar season perdana, HSS mendapat sukses besar. Itu terlihat dari statistik penonton yang mencapai 401 ribu dalam tayang live di platform YouTube.

Selain itu, rating bagus juga berhasil ditorehkan televisi swasta yang menyiarkan acara itu. Sementara itu, kerja sama HSS dengan TikTok sukses menggaet sebanyak banyak penonton.

"Acara kemarin yang tayang mendapat respon luar biasa. Jauh di atas rata-rata penonton televisi. Di YouTube jumlah itu sudah rekor bahkan video-video kami banyak diunggah ulang dengan jumlah penonton yang juga banyak," ujar Ivan.

Saat mendapat kesuksesan di season pertama, HSS juga menghadirkan partai tambahan yang mempertemukan sesama selebriti. Ketika itu, mereka tercatat mengundang Vicky Prasetyo dan Aldi Taher.

Selain itu, partai yang menjadi sorotan ada duel antara petinju Hero Tito melawan James Mokoginta. Partai ini berujung pada meninggalkan Hero beberapa hari kemudian setelah ia koma akibat KO pada ronde ketujuh.

Kepergian Hero pun menyita banyak perhatian terutama terkait pengawasan olahraga profesional setelah Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dibubarkan Presiden Joko Widodo pada tahun 2020.

Ketiadaan badan pengawasan membuat kesiapan seorang petinju naik ring menjadi tidak terkontrol karena tidak punya buku hitam. Padahal, buku hitam penting sekaligus sebagai syarat mutlak karena merekam catatan-catatan pertarungan yang dijalani petinju.