Bagikan:

JAKARTA - Bassis dan juga pendiri Mötley Crüe, Nikki Sixx mengungkap bahwa ia telah menjalani Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR), sebuah terapi untuk mengatasi gejala trauma.

Melalui akun media sosialnya, Sixx menceritakan pengalamannya menjalani terapi sebagai bagian dari. resolusinya untuk mengawali tahun yang baru.

"Banyak dari kita membicarakan resolusi Tahun Baru. Saya suka ide untuk menyegarkan diri beberapa kali dalam setahun. Saya menghabiskan banyak waktu di Taman Nasional di Wyoming. Itu adalah awal yang baik bagi saya. Satu lagi di sekitar hari ulang tahun saya dan kemudian 31 Desember - 6 Januari,” tulis Nikki Sixx, mengutip unggahan Instagram, Senin, 6 Januari

"Saya pribadi sedang dalam perjalanan refleksi yang mendalam saat ini dan seperti biasa itu akan berubah menjadi sesuatu. Sebuah lirik, sebuah buku, sebuah lagu. Saya juga telah melakukan terapi EMDR. Itu adalah tiket emas jika Anda siap untuk perubahan. Saya hidup untuk perubahan. Setidaknya evolusi,” lanjutnya.

Pada akhir unggahannya, Sixx tidak lupa mengucapkan selamat tahun baru kepada penggemarnya.

"Apakah Anda memiliki tujuan atau resolusi baru yang ingin Anda bagikan dengan seluruh kelas? Ngomong-ngomong, Selamat Tahun Baru."

Sebelumnya, Sixx pernah bicara mengenai masa kecilnya yang begitu traumatis, dimana sang ayah disebut telah menelantarkan keluarganya, bahkan sejak ia berusia tiga tahun.

"Saya memiliki masa kecil yang buruk, dan saya menghadapinya setiap hari. Saya menghabiskan lebih banyak uang untuk terapi daripada yang dihabiskan kebanyakan bintang rock untuk membeli mobil,” ujar sang bassis.

Akibat perilaku sang ayah, ibunya pun tidak menguris Sixx kecil, dan menyerahkannya kepada kakek dan neneknya.

"Kenangan saya yang paling memilukan adalah ketika ibu saya menelepon kakek-nenek saya dan berkata, 'Ayo jemput dia. Saya berusia enam tahun dan dia berkata, 'Saya akan mengunci pintu dan saya akan meninggalkanmu di teras.' Dia tidak sabar menunggu kakek-nenek saya tiba di sana. Dia pergi dengan seorang pria di dalam truk. Itu menghancurkan saya,” tuturnya.

"Di lubuk hati saya yang terdalam, hal yang paling menghantui saya dan masih menghantui saya adalah perasaan ditinggalkan — ayah saya pergi ketika saya masih kecil dan ibu saya pergi, satu saat berusia tiga tahun, satu saat berusia enam tahun. Saya tidak pernah bisa melupakannya, itu perasaan yang mengerikan," pungkasnya.