Bagikan:

JAKARTA - Candra Darusman selaku Ketua Umum Yayasan Anugerah Musik Indonesia memastikan bahwa AMI Awards masih menjadikan kualitas karya sebagai dasar untuk menentukan siapa yang akan pulang membawa piala.

Hal tersebut sudah menjadi cara AMI selama ini. Dengan begitu, Candra juga ingin memastikan bahwa pandangan yang menyebut penilaian AMI bisa dikendalikan pihak luar adalah keliru.

“Karena ini penting sekali, pemenang ini ditentukan oleh lebih dari 2.000 anggota AMI. Jadi tidak ada aturan-aturan, tidak ada cawe-cawe,” kata Candra Darusman saat ditemui di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 15 Oktober.

“Ya ini untuk mematahkan mitos yang bilang 'Ah, AMI itu kan bisa diatur', ya gak bisa lah. Tugas ketua AMI lah untuk memastikan itu,” lanjutnya.

Pada penyelenggaraan ke-27 tahun ini, AMI bekerja sama dengan YouTube untuk memilih video musik dengan jumlah penonton terbanyak.

Namun untuk seluruh kategori lain, Candra memastikan penilaian murni berdasarkan kualitas karya, tanpa melihat jumlah stream di platform musik digital (DSP) dan penonton di YouTube.

“Kalau untuk kategori di AMI itu dari keputusan anggota, dan pure (murni) berdasarkan kualitas. Kalau yang (kerja sama dengan) YouTube itu kan berdasarkan kuantitas. Jadi ya kita harus bisa membedakan itu,” katanya.

Candra merasa cara yang diterapkan AMI selama bertahun-tahun terbukti tepat, jika melihat bagaimana pemenang juga menjadi musisi yang populer di kalangan masyarakat saat penilaian dilakukan.

“Kita selalu membandingkan hasil pemenang-pemenang AMI dengan apa yang populer di DSP, dan ternyata nggak terlalu jauh hasilnya. Jadi, apa yang populer di DSP, juga muncul jadi pemenang di AMI,” ujar Candra.

“Alhamdulillah. Artinya, para pemilih itu mewakili masyarakat, ya walaupun tidak 100 persen sama, tidak mungkin sama,” pungkasnya.