Bagikan:

JAKARTA - Kunto Aji cukup lantang bersuara tentang isu-isu sosial, politik atau kemanusiaan yang terjadi. Ia jadi salah satu musisi yang menyebarkan awareness terkait Peringatan Darurat lewat visual di panggungnya bermusik.

Penyanyi dan penulis lagu 37 tahun ini merasa perlu menyuarakan aspirasi dengan caranya sendiri. Sesuatu yang sudah genting sudah seharusnya menggugah banyak pihak untuk bereaksi.

"Ini bukan kegelisahan biasa, orang-orang yang biasanya tidak pernah bersuara mulai bersuara itu kan berarti sesuatu yang gawat," tutur Kunto Aji saat dihubungi VOI, 27 Agustus.

Tak dipungkiri, ia dihadapkan dengan aspek-aspek lain di lapangan dalam bersuara. Namun ia sudah mempersiapkan cara-cara untuk tetap menyatakan sikap jika tak bisa memanfaatkan visual dari layar raksasa.

"Ada cara lain sebenarnya yang bisa dilakukan. aku punya plan B misalnya ga bisa dilakukan di visual, bisa di HP, di kertas atau ditempel di gitar. yang penting gestur-nya, tidak harus selalu di LED," jelasnya.

Dalam konteks Kawal Putusan MK, ia merasa sangat perlu untuk bertindak, mengingatkan kembali pemerintah jika rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi dalam demokrasi.

"Karena buatku ini isu yang sangat penting. Bisa dibilang apa yang kita perjuangkan (Kawal Putusan MK) sudah berhasil, sudah didengar dan dikabulkan. Memang seharusnya seperti itu, pemerintah harusnya takut dengan suara kita," tegasnya.

Sensitivitas dalam bereaksi diyakini Kunto Aji juga dirasakan oleh para musisi lain. Seperti diketahui, Hindia, Nadin, The Adams dan beberapa lainnya telah menunjukkan langkah serupa dengan perannya masing-masing. 

"Nggak ada koordinasi yang gimana-gimana, musisi itu cepet kok, bisa sepemikiran. Pas saya naruh visual (di panggung) itu Baskara ngetwit, padahal saya nggak baca twit Baskara. Saya yakin yang kepikiran seperti itu bukan hanya kami, tapi banyak musisi. Ini hal yang berjalan natural aja," tambahnya.

Pada akhirnya, Kunto Aji meyakini seniman seharusnya bisa menjadi corong yang mewakili publik untuk merespon apa yang terjadi di sekitarnya. 

"Kita masing-masing punya cara untuk berjuang. Jadi yang sebenarnya kita tunjukkan adalah gestur. Seniman kan emangnya seharusnya menjadi corong ya, bisa menyuarakan isu-isu sosial dengan lebih baik," tandasnya.