Steve Vai Nyaris tanpa Cela!
Steve Vai (Foto: Budi Susanto)

Bagikan:

JAKARTA - Nyaris tanpa cela! Itulah gambaran global aksi gitaris virtuoso Steve Vai dalam konser Inviolate Tour 2023 yang digagas Lemmon.id dan Nocturnal Blazze di Basket Hall Senayan, Jakarta, Kamis malam.

Menggeber tiga lagu sekaligus pada awal penampilannya, yakni Avalancha, Giant Balls of Gold, dan Little Pretty, mantan gitaris Whitesnake dan David Lee Roth itu mencuci gudang kemampuan bermain gitarnya tanpa ampun.

Tak ayal, penonton yang didominasi gitaris Tanah Air bertepuk riuh menyaksikan penampilan idola mereka. John Paul Ivan, Gugun (Gugun Blues Shelter), Edo Widiz, Eross Candra, Adhit Element, Jikun dan Ovy /rif, Denny Chasmala, Taraz Bistara, Iman dan Sony J-Rocks, Edwin dan Ernest Cokelat, dan banyak lagi lainnya tampak semringah di tempat duduk mereka.

Sebelum Tender Surrender, Steve Vai menyelipkan sapaan ramah kepada penonton. "Ya ampun, kalian baik malam ini? Senang rasanya bisa kembali ke sini ke Jakarta lagi setelah sekian lama." Dia terlihat intim dan komunikatif. Lantas, mengalirlah lagu yang dicomot dari album Alien Love Secrets rilisan 1995 itu. Tepukan tangan pun membahana.

Steve Vai (Foto: Budi Susanto)

Lights Are On, Candlepower, Building The Churchgreenish Blues, Bad Horsie, I'm Becoming, dan Whispering A Prayer meluncur bertubi-tubi dari dawai gitar Steve Vai yang berbalut distorsi menyayat. Fantastis!

Satu lagu yang paling ditunggu-tunggu, Teeth of the Hydra, akhirnya berkumandang. Dibuka aksi Steve Vai yang menyibak penutup gitar multi-neck, pemilik nama tengah Siro ini menggelontorkan lagu yang terinspirasi makhluk mitologi Yunani dengan banyak kepala itu.

"Ide untuk gitar dan trek ini datang kira-kira tujuh tahun yang lalu. Saya membayangkan menulis dan menampilkan sepotong musik pada instrumen multi-neck di mana semua suara berasal dari satu ciptaan itu dengan pengecualian beberapa kibor dan drum," Steve Vai menjelaskan dalam berbagai kesempatan.

"Saya mengirimkan ide-ide saya ke Ibanez, dan pembuatnya mengirimkan makhluk kayu yang menakjubkan ini. Saya tercengang. Gitar ini luar biasa. Saat pertama kali melihatnya, saya menamakannya Hydra, dan langsung tahu judul lagunya bakal Teeth of the Hydra."

Hydra adalah makhluk seperti naga dari mitologi Yunani yang memiliki berbagai kepala. Untuk setiap kepala yang dipenggal, dua kepala baru akan tumbuh di tempat itu. Steve Vai lantas menulis sebuah karya musik yang memanfaatkan semua fitur Hydra yang juga berdiri sendiri sebagai komposisi yang menyenangkan dengan melodi "gerah" dan dinamika yang berat.

Steve Vai (Foto: Budi Susanto)

"Ketika saya akhirnya duduk dengan Hydra dan mulai merenungkan menulis bagian ini dan bagaimana saya menavigasi instrumen dengan cara yang mulus, untuk sesaat tampaknya mustahil. Saya baru saja mulai perlahan, dan tentu saja  semuanya mulai terungkap," dia melanjutkan.

"Hal-hal yang tampak mustahil tidak tampak begitu mustahil begitu Anda baru saja mulai melakukannya. Setiap penemuan dan pencapaian baru diperlakukan sebagai kemenangan yang menggembirakan, bahkan jika itu hanya melibatkan satu bar musik."

Adapun album studio terbaru Steve Vai yang menjadi tajuk turnya kali ini, Inviolate, debut di posisi puncak tangga album Hard Rock Billboard. Secara komulatif, album ini di-streaming hingga lima juta kali di mana satu juta di antaranya untuk lagu Teeth of the Hydra saja. Gila!

Pria kelahiran Amerika Serikat ini benar-benar menunjukkan totalitasnya. Tak hanya dari berbagai teknik gitar artistik yang dihidangkannya tetapi juga melalui gesturenya yang menyerupai model di atas catwalk. Meski sudah tidak muda lagi, tetap flamboyan. Apalagi saat memainkan Liberty.

Nyaris seluruh lagu yang dibawakan Steve Vai malam itu merupakan nomor instrumental, yang ditampilkan penuh chemistry dan musicianship luar biasa antara ia dengan para pengiringnya. Sementara satu-satunya lagu yang diberi vokal justru For the Love of God yang dilantunkan Dani G dengan gaya Luciano Pavarotti.

Bobot emosi lagu yang pernah dipilih sebagai salah satu best solo guitar of all time oleh majalah Guitar World ini mungkin jadi sedikit berkurang dibandingkan versi rekaman. Namun, lebih dari cukup untuk membuat para penonton berdecak kagum. Selepas encore, lagu Fire Garden Suite IV - Taurus Bulba didaulat sebagai penutup.

Biografi singkat Steve Vai

Sebagai salah satu gitaris yang memiliki teknik gitar terlengkap sekaligus jenius, Steve Vai mulai belajar gitar pada tahun 1973 dan menimba ilmu kepada salah satu maestro gitar lainnya, Joe Satriani, setahun berselang. Pada masa ini ia pun mulai bermain dengan beberapa band lokal, salah satunya bernama The Steve Vais.

Pada 1979 Steve Vai mengirimkan transkripsi komposisi karya Frank Zappa “Black Page” serta menyelipkan rekaman permainan gitarnya. Frank terkesima, lalu mengajak Steve Vai untuk menuliskan transkripsi solo-solo gitarnya mulai dari album Joe’s Garage hingga Shut Up And Play Yer Guitar. Selama dua tahun, Steve Vai ikut mendukung Frank Zappa baik di atas panggung maupun studio rekaman.

Berbekal kepiawaiannya memainkan gitar secara cepat dan akurat, Frank Zappa bahkan menjuluki gitaris kelahiran Carle Place, New York, 6 Juni 1960 "Little Italian Virtuoso".

Setelah meninggalkan Frank Zappa pada 1982, Steve Vai hijrah ke California dan merekam album solo pertamanya Flex-Able pada 1983 dan merilisnya pada Januari 1984. Setahun kemudian, ia menggantikan Yngwie Malmsteen sebagai gitaris band pimpinan vokalis Graham Bonnet, Alcatrazz, di mana ia ikut terlibat dalam proses rekaman album Disturbing the Peace.

Steve Vai (Foto: Budi Susanto)

Di tahun 1986, Steve Vai terlibat dalam pembuatan album kelima band alternative rock pimpinan John Lydon, Publik Image Ltd yang bertajuk Album, dan lantas bergabung dengan supergrup bentukan mantan vokalis Van Halen David Lee Roth. David Lee Roth band - yang dikenal juga dengan nama Eat 'Em and Smile Band - dari 1985-1989, menampilkan David Lee Roth (vokal), Steve Vai (gitar), Billy Sheehan (bass), dan Gregg Bissonette (dram). Band ini menelurkan album Eat ‘Em And Smile (1986) dan Skyscraper (1988).

Memasuki akhir dari era tahun ’80-an, Steve Vai bergabung dengan Whitesnake menggantikan Vivian Campbell. Ketika gitaris Whitesnake lainnya, Adrian Vandenberg mengalami cedera pergelangan tangan sesaat sebelum proses rekaman album Slip of the Tongue dimulai, Steve Vai akhirnya memainkan seluruh isian gitar dalam album tersebut. Pada periode ini, ia juga menyumbangkan permainan gitarnya dalam album Alice Cooper, Hey Stoopid bersama Joe Satriani di lagu Feed My Frankenstein.

Steve Vai (Foto: Budi Susanto)

Pada 1990, Steve Vai merilis album solo keduanya, Passion and Warfare yang melahirkan lagu For the Love of God. Dan setelah meninggalkan Whitesnake pada 1991, ia melanjutkan turnya secara reguler, baik dengan bandnya sendiri maupun dengan guru dan rekan gitar instrumentalnya Joe Satriani dalam rangkaian tur G3.

Album solo penuh lainnya yang dihasilkan Steve Vai antara lain Sex & Religion (1993), Alien Love Secrets (1995), Fire Garden (1996), Flex-Able Leftovers (1998), The Ultra Zone (1999), Real Illusions: Reflections (2005), The Story of Light (2012), Modern Primitive (2016), dan Inviolate (2022).

Selain itu, gitaris yang permainan gitarnya banyak terinspirasi oleh Jimi Hendrix, Jeff Beck, Brian May, Jimmy Page, Glen Buxton, dan gitaris jazz fusion Allan Holdsworth ini ikut menulis satu trek dalam album Ozzmosis (1994) milik Ozzy Osbourne. Namun, isian gitar yang diciptakannya dalam lagu My Little Man itu digantikan oleh Zakk Wylde.