<i>Feature</i>: “Di Album Ini Kita Lebih Dewasa”, Apa <i>Sih</i> Maksudnya?
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Jawaban abu-abu kerap kali keluar dari bibir anak band saat diwawancarai media. Selain tidak tegas, mereka juga sering menggunakan frasa yang tidak lazim. Ya, saking bingungnya mau menjawab apa. Salah satu yang sering diucapkan adalah; “Di album ini kami lebih dewasa”. Ya Tuhan, itu apa maksudnya?

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata ‘dewasa’ memiliki tiga makna besar. Pertama; sampai umur atau akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi). Kedua; telah mencapai kematangan kelamin. Ketiga; matang (tentang pikiran, pandangan, dan sebagainya). Jadi, jika anak band mengatakan dirinya lebih dewasa saat membuat suatu karya, apa itu termasuk salah satu definisi di atas?

Bicara umur, baik secara individu maupun kelompok, sedikit banyak bisa saja benar. Hanya saja, anak band ini kurang bisa menjelaskan jawaban yang dia maksud dengan bahasa lebih umum. Sekarang, mari kita jabarkan satu per satu arti kata dewasa dari sisi anak band dan proses pembuatan karya musik.

Pertama, dewasa yang dimaksud adalah lebih memahami peralatan yang digunakan saat merekam lagu atau album. Jika sebelumnya asal colok dan bunyi, sekarang lebih dipilih dan dipikirkan. Seperti Pupun Dudiyawan (gitaris Kapten) saat merekam album kedua The Bandhits bersama Darius Sinatrya, misalnya.

“Album ini lebih baik dan bagus, lebih punya rasa, ekspresif dan memberi semangat baru dibanding album pertama. Penggarapannya jelas lebih disempurnakan, karena kami banyak belajar dari album pertama. Di album pertama banyak yang nggak tau kalau gue take gitar nggak pake ampli, tapi pake efek digital dan langsung colok mixer aja. Tapi di album No Limit ini, full micing dan direct ampli dari ampli Bugera 333XL,” tutur Pupun suatu waktu.

Ilustrasi sesi rekaman di studio (Foto: Unsplash)

Kedua, dewasa dalam arti lebih memahami cara memainkan alat musik sesuai kebutuhan lagu. Misalnya, katakanlah pemain gitar, jika dalam album sebelumnya acapkali memainkan teknik rumit dan kebut-kebutan, kali ini lebih dijaga emosinya demi mengedepankan estetika lagu. Bukan lagi membuat lagu yang ingin melahirkan pujian secara individu melainkan lebih ke mencari penghargaan atas karya itu sendiri atau kematangan band yang dia huni.

Kita ambil contoh, Adnil Faisal – eks gitaris band Base Jam. Pada pertengahan 2020, musisi ini merilis single solo pertama bertajuk Sumarah. Tingkat kedewasaan Adnil sebagai seorang musisi - khususnya gitaris - diuji pada bagian interlude lagu ini. Ia memilih untuk berakrobat dengan riff-riff genitnya ketimbang mengumbar solo gitar. Adnil mengeksekusi sekujur bagian ini dengan baik dan benar hingga part reff kembali menghampirinya.

Ilustrasi studio latihan gitaris (Foto: Unsplash)

Ketiga, dewasa berarti lebih pintar dan tahu cara memperbaiki diri. Dalam hal ini misalnya dalam penulisan lirik. Jika sebelumnya lirik lagunya kacangan, pemilihan katanya terlalu receh dan makna serta diksi yang digunakan terkesan tidak nyambung, maka kali ini jauh lebih berima, sastrawi, tidak kaku dan enak didengar.

Jika bicara lirik lagu berbahasa Inggris, lagu Swear milik Dewa 19 yang bersemayam dalam album pertama mereka bisa jadi ilustrasi sebagai lagu dengan lirik cupu (culun punya). Setidaknya, itu yang dikatakan Ari Lasso kepada Andra Ramadhan di kanal YouTube Ari Lasso TV pada medio 2020.

“Liriknya (Still I’m Sure We’ll Love Again, dalam album Format Masa Depan) mengalami peningkatan bahasa Inggris yang lumayan daripada saat Swear. Swear itu bahasa Inggris-nya masih agak awur-awuran,” kata Ari Lasso.

Dalam podcast Berizik episode 252 di Noice, pentolan Dewa 19 Ahmad Dhani juga mengungkap rasa ketidapuasannya terhadap lagu Swear. Bahkan, dia bukan cuma menitikberatkan sisi lirik sebagai satu-satunya stigma belum dewasanya Dewa 19 saat lagu ini dibuat.

“Lagunya sebenarnya enak, cuman waktu itu penyanyinya Ari Lasso kurang cocok menurut saya. Lebih cocok Virzha. Terus aransemennya waktu itu, ya namanya anak 19 tahun pasti nggak bagus lah. Karena jam terbang saya sebagai produser waktu itu masih nol. Udah gitu lagu ini tuh Inggris Jawa-nya masih berasa,” kata Dhani.

Ilustrasi studio rekaman (Foto: Unsplash)

Intinya, itu semua kan kembali lagi ke usia, jam terbang, dan pengalaman. Oke, mulai sekarang, tidak ada salahnya kan anak band belajar menjawab wawancara agar frasa 'ngawang-ngawang' tidak keluar lagi dari bibir mereka saat ditanya wartawan. Karena, arti kata "dewasa" akan selalu menimbulkan multitafsir.

Feature adalah kumpulan tulisan bersikap dari redaksi kanal Musik VOI. Kami ingin artikel ini bisa memberi pemahaman baru bagi pembaca.