Berbagai Cerita di Balik Pembuatan Video Musik <i>Dancing in the Breeze Alone</i> dari Reality Club
Reality Club dalam peluncuran video musik Dancing In The Breeze Alone di Jakarta, Kamis (Rifky Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Dalam acara peluncuran video musik Dancing in the Breeze Alone di Jakarta, Kamis sore, para personel Reality Club menyampaikan berbagai cerita di balik proses pembuatannya.

Fathia Izzati, misalnya, ia mengaku kesulitan saat pertama kali menunggangi kuda.

"Jadi kuda itu kan ternyata ada personality-nya, ada yang gampang dinaikkin dan ada yang sensitif. Nah apalagi karena kita belajar naik kudanya di daerah Legok dulu sebelum di Bali, jadinya pas naik kuda di Bali ternyata beda," ujar Fathia.

"Terus kita juga di Legok enggak belajar buat naik kuda buat yang sprint gitu loh. Jadinya ada di satu scene di mana aku gagal karena jatuh. Enggak memar sih, cuman malunya itu loh," lanjutnya.

Selain itu, perihal suara kuda yang terdapat dalam video musik tersebut, Faiz menambahkan, ia menyuruh Fathia untuk merekayasa suara itu.

"Jadi kita mau nyari suara kuda, tadinya gua mikir apa dari digital aja ya, tapi tiba-tiba langsung kepikiran kalau si Fathia bisa mengeluarkan suara kuda nih, karena kita butuh suara itu, akhirnya ya dia yang mengisi," kata sang gitaris.

"Lucunya, karena dia malu pas proses take-nya, akhirnya dia suruh kita buat keluar studio. Nah, pas dia take kita semua meilhat dia dari luar studio aja sambil ketawa-ketawa," sambung dia.

Tak sampai di situ, Nugi menambahkan, suara cambuk yang ada dalam video musik itu berasal dari suara karpet mobil.

"Waktu itu kan gua melihat ada karpet mobil di studio, awalnya tuh gua kepikiran buat rekayasa suara snare kan. Terus pas gua konsul sama Tama, dia malah bilang kayaknya lebih enak buat suara cambuk deh," urai Nugi.

"Ya udah, gua setuju, akhirnya gua berdiri sambil slepetin karpet mobil, terus direkam sama dia. Ada kali itu sampai tiga kali. Nah habis itu, baru kita layer dengan suara cambuk dari internet," lanjutnya.