Bagikan:

JAKARTA - Era kejayaan Deep Purple muncul saat mereka merilis album Deep Purple In Rock  pada tahun 1970. Namun, para kritikus musik justru menganggap Fireball (1971) dan Machine Head (1972) sebagai album rock terbaik pada masa itu. Permainan gitar Ritchie Blackmore yang sesungguhnya mulai tampak dalam dua album ini. Sayangnya, setelah masa-masa indah itu, persahabatan kelima personelnya hancur. Dan semua gegara lagu Smoke On The Water.

Deep Purple merupakan sekumpulan orang jenius sekaligus tidak mengenal pribadi mereka satu sama lain. Pasalnya, setelah merilis Fireball dan Machine Head, dua album terkenal yang membawa mereka ke puncak ketenaran dunia, bukannya makin kompak, mereka malah mengalami banyak goncangan internal.

“Gara-gara jatah rejeki royalti Smoke On The Water-lah, hubungan antarpersonel menegang. Masing-masing mempertanyakan jatah rejeki kawan-kawannya, sama-sama mempertanyakan: Kenapa bagian saya mesti sama dengan bagian dia?'; “Kenapa bagian dia lebih besar sedangkan kerja saya lebih keras dari dia?," bassis Roger Glover mengatakan dikutip dari majalah LOUD edisi Maret 2010.

“Semua merasa punya andil untuk lagu tersebut. Dan memandang apa yang disumbangkan orang lain enggak ada artinya,” sambung Glover.

Sejak ribut-ribut soal jatah rejeki itu, yang paling kentara mengemuka ke depan publik adalah perseteruan Blackmore dengan vokalis Ian Gillan. Tanggal 9 Desember 1972, Gillan mengirimkan surat pengunduran diri dalam bentuk telegram ke manajemen Deep Purple yang isinya berbunyi "Deep Purple sudah menjadi mesin membosankan yang sudah tidak lagi inovatif”. Tapi, Gillan tetap mau menjalankan kewajibannya untuk menyelesaikan tur yang sudah terlanjur dirancang sampai akhir 1973.

Kisah Deep Purple Mark IIa tamat ketika mereka tampil di Koseinenkin Hall, Osaka, Jepang, 29 Juni 1973. Gillan tiba-tiba memasang pagar berduri di sekitarnya, membuat Ian Paice sang drumer kesal, sampai-sampai snare cadangannya ditendang ke ujung panggung. Paice, Blackmore, dan Jon Lord lantas meninggalkan panggung. Gillan dan Glover yang sempat bengong akhirnya ikutan cabut. Suasana panas. Penonton nyaris mengamuk, tapi kemudian baru menyadari: Deep Purple Mark IIa sudah selesai.

Bergabungnya David Coverdale dan basis/vokalis Trapeze Glenn Hughes, membuahkan album heavy blues rock, Burn, salah satu yang tersukses dari Deep Purple. Namun, Coverdale dan Hughes kemudian menambahkan elemen funk, r&b, dan soul ke dalam komposisi musik Deep Purple pada album berikutnya, Stormbringer. Blackmore tidak suka, kemudian ia meninggalkan Deep Purple pada 1975 untuk membentuk Rainbow.

Rainbow mewakili permainan dan jiwa musik Blackmore yang sesungguhnya. Skill gitarnya, seperti arpeggio yang cepat, whammy bar, tremolo picking serta economical picking tumpah ruah tak terbendung dalam lagu-lagu Rainbow.

Konser di Indonesia

Dengan kepergian Blackmore, Deep Purple membuka lowongan besar yang kemudian diisi Tommy Bolin, gitaris Amerika yang pernah bergabung dengan Zephyr, James Gang dan Billy Cobham. Tapi, Bolin ternyata belum siap menggantikan nama besar Blackmore sehingga mendapatkan ejekan dari penonton dalam beberapa pertunjukan karena permainannya tidak stabil.

Tapi, formasi inilah yang menerbangkan Deep Purple ke Indonesia. Legenda hard rock tersebut berhasil membius 150 ribu penonton di Stadion Senayan, yang sekarang menjadi Stadion GBK. Konser di stadion terbesar di Asia dan sambutan yang luar biasa dari rakyat Indonesia, membuat konser tersebut menjadi yang paling berkesan bagi Deep Purple, mengingat saat itu masyarakat Indonesia tengah menghadapi permasalahan politik; peralihan pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru. Konser tersebut dibuka oleh band Indonesia, God Bless, yang kala itu baru berdiri selama dua tahun.

Sayangnya, konser ini diwarnai insiden kericuhan. Banyak penonton yang memaksa mendekati panggung agar dapat melihat Deep Purple lebih jelas. Selain itu, banyak yang merangsek masuk padahal tidak membeli tiket. Bahkan terjadi kericuhan antara penonton dan pihak keamanan.

Dikutip dari Circus Magazine edisi 23 Maret 1976, pihak keamanan sempat menembakkan peluru karet. Salah satu anggota Deep Purple, Jon Lord, bahkan melihat dengan mata kepalanya sendiri terdapat seekor anjing menyeret seorang anak muda hingga bersimbah darah. Akibat kerusuhan tersebut, Stadion Senayan mengalami kerusakan berat.

Kembali ke Tommy Bolin. Kecanduannyanya atas heroin juga memperparah keadaan di mana setelah tur traumatis Come Taste The Band, Deep Purple bubar! Tidak lama kemudian, Bolin meninggal dunia akibat overdosis heroin dalam perjalanan tur mendukung Jeff Beck.

Reuni dan Ribut Lagi

Deep Purple resmi dibangkitkan pada April 1984. Pernyataan pembentukan kembali band ini dilontarkan The Friday Rock Show BBC; "Line-up klasik awal 70an yang terdiri dari Blackmore, Gillan, Glover, Lord dan Paice mulai merekam materi baru". Mereka menandatangani kontrak dengan Polydor di Eropa dan Mercury di Amerika. Oktober 1984, album Perfect Strangers dirilis dan didukung tur dari New Zealand sampai ke Eropa.

Tahun 1987, line-up ini kembali membuat album, The House of Blue Light dan mengadakan tur meskipun penjualannya menurun. Beberapa pertunjukan direkam untuk album konser Nobody’s Perfect pada 1988. Dan di tahun yang sama di Inggris, mereka merilis versi baru lagu Hush untuk merayakan 20 tahun terbentuknya Deep Purple. Tahun 1989, Gillan dipecat akibat tidak akur dengan Blackmore di mana posisinya digantikan bekas vokalis Rainbow, Joe Lynn Turner. Line-up ini menghasilkan album Slaves and Masters dan sebuah tur. Namun, setelah tur, Turner dipecat berhubung Lord, Paice dan Glover menginginkan Gillan kembali. Blackmore mengalah sehingga line-up klasik kembali dibentuk dan membuat album The Battle Rages On pada 1993.

Selama tur Eropa musim gugur 1993 yang sukses, ketegangan antara Gillan dan Blackmore kembali muncul di mana kali ini Blackmore yang hengkang. Pada 1993 ketika Deep Purple mengadakan tur dunia, Blackmore resmi mengundurkan diri lagi di tengah-tengah rangakaian konser yang berlangsung di Eropa. Alhasil, posisi Blackmore diisi oleh Joe Satriani. Gitaris virtuoso itu bergabung hingga tur Eropa 1994 selesai. Namun, sewaktu diajak untuk menetap di Deep Purple, dia menolak karena ingin meneruskan karier solonya.

Deep Purple kemudian mendapatkan Steve Morse, gitaris Dixie Dregs, untuk menjadi pengganti permanen Blackmore. Kelar urusan gitaris, tahun 2002 giliran Jon Lord yang memutuskan pensiun dari band ini demi berkonsentrasi penuh pada proyek solonya. Penggantinya bukanlah orang baru di jagat rock dunia, Don Airey eks kibordis Thin Lizzy dan Whitesnake.

Steve Morse Mundur, Deep Purple Konser di Solo

Pada Maret 2022, Steve Morse cuti dari pertunjukan langsung Deep Purple karena masalah keluarga. Pengganti Morse adalah Simon McBride, yang sebelumnya berperan sebagai gitaris tur Ian Gillan dan Don Airey.

"Halo semua. Saya baru saja melakukan beberapa konser bersama Deep Purple, setelah bertahun-tahun tidak bermain secara langsung. Ini adalah saat yang pahit, dan indah untuk berkumpul bersama," kata Morse dalam sebuah pernyataan resmi.

"Namun, istri saya tersayang Janine saat ini sedang berjuang melawan kanker. Pada titik ini, ada begitu banyak kemungkinan komplikasi dan hal yang tidak diketahui, sehingga berapa pun waktu yang tersisa dalam hidup kita, saya harus ada di sana bersamanya.

"Saya tidak akan meninggalkan band ini - saya berharap setelah dia sehat saya dapat bergabung kembali dalam tur. Namun, saya tidak melihat situasi yang memungkinkan saya untuk melakukan tur ke luar negeri dalam waktu dekat. Saya terus mendapat hak istimewa untuk menjadi bagian dari keluarga Purple, dan juga merasakan dukungan luar biasa dari begitu banyak penggemar setia dan anggota band lainnya.

"Ada gitaris kelas dunia bersertifikat yang siap mengambil alih pertunjukan langsung yang pasti akan membuat semua orang senang mendengarnya. Saya menghargai semua doa tulus Anda untuk Janine dan terima kasih semua," tutup sang gitaris sebelum secara resmi mengundurkan diri dari Deep Purple empat bulan berselang.

Sementara itu, tahun 2023 ini menandai titik temu Deep Purple dan God Bless untuk kedua kalinya. Rajawali Indonesia selaku promotor akan menggelar konser Deep Purple pada 10 Maret mendatang dan kembali akan dibuka oleh God Bless.

​​“Dengan tampilnya God Bless bersama sebagai pembuka Deep Purple, ini akan seperti konser reuni 48 tahun silam, mereka pernah satu panggung bersama saat pertama kalinya Deep Purple tampil di Indonesia,” ucap Anas Alimi selaku founder Rajawali Indonesia dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.

Deep Purple kali ini akan menghadirkan triumviraat personel MK II: Ian Gillan (vokal), Roger Glover (bass), dan Ian Paice (drum). Mereka akan didampingi oleh Don Airey (kibor) dan Simon McBride (gitar). Konser ini akan digelar di Edutorium UMS, Solo.