<i>Review</i> Album <i>Foregone</i> [In Flames]: Kurang Bumbu dan Energi Baru
In Flames (Instagram @inflames)

Bagikan:

JAKARTA - Pasukan metal Swedia/Amerika, In Flames merilis album studio keempat belas mereka, Foregone, pada 10 Februari 2023 melalui Nuclear Blast. Album ini menampilkan dua lagu In Flames yang dirilis pada awal tahun ini, yaitu State Of Slow Decay dan The Great Deceiver.

Foregone mendemonstrasikan keinginan In Flames untuk mengenal kembali diri mereka dengan sound ikonik yang telah menempel selama dua dekade.

Meskipun petunjuknya seakan ada pada judul albumnya, namun, trek yang menyemburkan riff berbau sound klasik band ini adalah indikator yang paling nyata. Nomor akustik The Beginning of All Things That Will End yang didaulat sebagai pembuka dengan segera membangkitkan aroma album The Jester Race (1996). 

Dan alih-alih didominasi dengan groove, banyak lagu terbaik dalam album ini yang justru menampilkan melodi sekaligus harmoni, seperti dalam State of Slow Decay atau bahkan kecepatan yang termaktub pada Foregone, Pt. 1.

Pada saat-saat terbaiknya, Foregone menghidangkan sound vital yang mirip dengan album Whoracle (1997) dengan 'gangguan' akustik dalam In the Dark atau bahkan pengenalan ulang solo yang kontras pada The Great Deceiver.

Mereka mengikatkan diri di atas keputusan ini dengan tambahan Chris Broderick (eks Jag Panzer dan Megadeth), di mana permainannya dikombinasikan dengan solo gitar terbaik In Flames dan ide paling kreatif dari Björn Gelotte. Singkatnya, ini adalah album tanpa basa-basi!

Foregone juga penuh dengan pengingat bahwa ini tahun 2023, dan 'anak yang hilang' baru saja kembali ke kandangnya. Salah satu ketegangan terbesar dalam album ini adalah antara komposisi chorus tegas dan intensitas melodeath. Ini merupakan ketegangan yang aneh dalam hal sound sejak album Colony In Flames (1999).

Kesombongan mendasar dari sound klasik In Flames adalah bahwa mereka dapat membawa semua melodi pada gitar dan menerabas begitu saja. Hal ini ditunjukkan pada Foregone, Pt. 1, di mana treknya begitu catchy sekaligus menyenangkan.

Orientasi groove dan vokal clean Anders Friden menjadi semakin menonjol pada bagian belakang album. Namun, kritik utama Foregone, adalah bahwa In Flames terlalu bergantung pada Anders, yang tidak memiliki kekuatan Björn Strid (Soilwork) atau kepekaan emosi Mikael Åkerfeldt (Opeth).

Dan masalah Foregone sesungguhnya adalah, album ini tersendat-sendat di paruh kedua dengan tiga lagu yang cenderung ke arah mid-paced groove dan kurang bumbu serta energi baru dalam sound mereka, seperti dalam A Dialogue in B Flat Minor, Cynosure dan Pure Light of Mind.