JAKARTA - Universitas Gadjah Mada memiliki banyak jati diri. Universitas Kerakyatan, Universitas Perjuangan, ataupun sebagai pusat kebudayaan. Dan yang juga melekat erat: Universitas Pancasila. 'Kepancasilaan' UGM tak cuma tersirat dan tersurat, tapi juga terlihat.
Kita mulai dari yang terlihat. Pertama, ketika baru melewati pintu gerbang utama kampus UGM, kita akan melewati jalan bernama Pancasila.
Selain itu, identitas Pancasila semakin kental dengan berdirinya Pusat Studi Pancasila yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Rektor UGM Nomor: UGM/87/3966/UM/01/37. Pusat studi ini ditujukan menjadi rujukan kajian Pancasila tingkat nasional berkelas dunia yang unggul dan inovatif, yang pada gilirannya bisa mengabdi kepada kepentingan bangsa dan kemanusiaan.
Jati diri UGM sebagai Universitas Pancasila juga tersurat pada Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada nomor 19 tahun 2006. Begini bunyinya: Universitas yang menetapkan pendirian dan pandangan hidupnya berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu, dalam kiprah penelitian (mengungkap kenyataan dan kebenaran, objektivitas dan universitalitas ilmu pengetahuan), pendidikan atau pengajaran dan pengabdian pada masyarakat, selaras dan senafas dengan nilai-nilai Pancasila.
Yang lebih mengukuhkan UGM sebagai kampus Pancasila adalah lambangnya itu sendiri. Mengutip laman UGM, pusat lambang kampus kerakyatan ini berupa surya atau matahari berwarna emas yang berlubang dan memancarkan sinar dalam bentuk lima kesatuan kumpulan sinar.
Setiap kesatuan kumpulan sinar terdiri dari sembilan belas sorot sinar. Surya dan sinar berwarna kuning emas. Matahari dengan sinarnya, dan kartika (bintang) bersegi lima melambangkan UGM sebagai Universitas Pancasila, Balai Nasional Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan pada pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila, yang memancarkan ilmu pengetahuan, kenyataan dan kebijakan.
"Semuanya melambangkan Pancasila. Sehingga, UGM itu memiliki dasar, sifat dan tujuan, hakikat pahlawan serta perjuangan nasional demi Pancasila," tertulis.
Selain itu, lambang songkok dan tombak yang masing-masing berjumlah lima melambangkan sifat pahlawan dan perjuangan nasional UGM yang selalu siap sedia dan waspada. Keseluruhannya diliputi dan diresapi Pancasila. "Kesemuanya itu melambangkan sifat UGM sebagai monumen perjuangan nasional berdasarkan Pancasila," dikutip laman UGM.
Dies Natalis
Selebihnya, makna lambang UGM menyiratkan tanggal didirikannya (Dies Natalis) universitas ini. Pada titik pusat lambang berupa matahari berlubang atau disebut "surya binolong", misalnya.
Unsur tersebut menyiratkan tanggal pendirian UGM. Kata "surya" mengandung makna angka 1, dan "binolong" mengandung makna angka 9. Maka, bentuk surya binolong atau matahari berlubang itu mengandung angka 1 dan 9, yang artinya 19.
Lalu, setiap kesatuan kumpulan sinar pun terdiri dari 19 sorot sinar yang mengandung makna angka 19 juga. Angka 19 adalah lambang tanggal pendirian UGM.
Kemudian, simbol yang melambangkan bulan pendirian UGM terlihat dari dua bentuk lingkaran bersusun atau surya kembar yang mengandung makna angka 2 dan bentuk kartika atau bintang yang mengandung makna angka 1. Karenanya, bentuk kartika surya kembar itu mengandung makna 1 dan 2, yakni angka 12 yang melambangkan bulan Desember.
Lalu, soal tahun pendirian. UGM melambangkannya dengan warna. Paduan warna kuning emas dan putih punya sebutan 'murnining suci marganing kanyatan', yang masing-masing katanya memiliki makna angka.
Murni mengandung makna 9, suci angka 4, marga angka 9 dan kenyataan angka 1. Sehingga jika dibaca dari belakang akan membentuk angka 1949. Angka itu adalah tahun berdirinya kampus UGM.
Sejarah
Dalam sejarahnya, UGM diresmikan oleh sang penggali Pancasila, Soekarno pada 19 Desember 1959. Universitas ini lahir dari kancah perjuangan revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Mengutip laman UGM lainnya, perguruan tinggi ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah tinggi yang telah lebih dulu didirikan. Di antaranya, Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, Sekolah Tinggi Teknik, dan Akademi Ilmu Politik yang terletak di Yogyakarta, Balai Pendidikan Ahli Hukum di Solo, serta Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian Praklinis di Klaten.
Pembangunan ini disahkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1949 tentang Peraturan Penggabungan Perguruan Tinggi menjadi Universiteit. Ada arti tersendiri kenapa universitas ini mengambil nama Gadjah Mada.
Hal ini untuk menyerap semangat serta teladan Mahapatih Gadjah Mada yang berhasil mempersatukan nusantara. Teladan ini diterjemahkan ke dalam rumusan jati diri UGM sebagai universitas nasional, universitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas kerakyatan dan universitas pusat kebudayaan.
BACA JUGA:
Pada awal pendiriannya, UGM memiliki enam fakultas, di antaranya Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra dan Filsafat, Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan. Kegiatan perkuliahan masa itu digelar di Sitinggil dan Pagelaran, dengan memanfaatkan ruangan-ruangan kamar dan fasilitas di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Pada 1951, barulah pembangunan fisik kampus bulaksumur dimulai. Memasuki tahun 1960-an, UGM sudah memiliki berbagai fasilitas seperti rumah sakit, pemancar radio, serta sarana lain yang mendukung proses pembelajaran bagi mahasiswa juga untuk melayani kepentingan masyarakat.
Kini, UGM memiliki 18 Fakultas, satu Sekolah Pascasarjana, serta satu Sekolah Vokasi dengan puluhan program studi.