Sejarah Chelsea: Klub Serba Pertama di Inggris yang Berdiri di Pub dengan Kisah-Kisah tentang Uang
Chelsea juara Liga Champions 2021 (Instagram/@chelseafc)

Bagikan:

JAKARTA - Chelsea Football Club (Chelsea FC) berdiri pada 10 Maret 1905 di sebuah pub bernama The Rising Sun di Fulham Road. Chelsea dengan cepat mengumpulkan penggemar. Pundi-pundi terkumpul, membantu mereka perlahan menjadi klub papan atas dengan bermacam-macam label serba pertama.

Satu tahun sebelum Chelsea berdiri, pengusaha kaya bernama Henry Augustus Mears atau akrab disapa Gus Mears memberli kompleks atletik Stamford Bridge untuk diubah menjadi lapangan sepak bola. Mears sempat menawarkan tanah kepada Fulham FC, yang didirikan pada 1879.

Tetapi Fulham menolak tawaran tersebut. Tidak gentar. Mears memutuskan membentuk klub sepak bolanya sendiri. Sempat berdebat akan memberi nama klub sepak bola tersebut dengan Stamford Bridge FC, London FC, atau Kensington FC, tetapi akhirnya diputuskan klub itu bernama Chelsea FC, kota yang wilayahnya berdekatan dengan Fulham.

Serba pertama

Chelsea dengan cepat diidolakan warga lokal dan menempatkan dirinya sebagai klub terbesar di ibu kota Inggris. Pada akhir 1910-an, Chelsea menjadi klub pertama di Inggris dengan rata-rata kehadiran penonton lebih dari 40 ribu orang.

Namun pada 1912, pendiri klub Gus Mears meninggal karena gagal ginjal. Jumlah kehadiran yang sangat besar membuat The Pensioners - julukan Chelsea saat itu - menjadi salah satu klub terkaya di Inggris dan mampu membayar pemain-pemain terkenal.

Chelsea juga menjadi rumah bagi pemain non-Inggris pertama di Liga Sepak bola, Nils Middelboe, yang bergabung dengan Chelsea pada 1913. Namun lima dekade pertama keberadaan klub tidak terlalu membuahkan hasil.

Tim terus bergerak di antara Divisi 1 dan Divisi 2. Pada dekade kedua keberadaan Chelsea, barulah mereka berhasil mencapai final Piala FA untuk pertama kalinya.

Jatuh dan bangun Chelsea FC

Chelsea mengikuti liga pertama kalinya pada 1955. Namun keberhasilan tak terduga ini tidak cukup untuk mengubah nasib mereka dan klub kembali ke keadaan yang biasa-biasa saja.

Melansir Footbal History, pada pertengahan 60-an Chelsea berhasil mencapai puncak popularitas dengan banyak pemain terkenal menjadi tamu tetap di Stamford Bridge. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, klub dipandang sebagai lawan yang sebenarnya.

Setelah mengamankan Piala Liga pertama mereka pada 1965, dua kejuaraan lain diraih yaitu Piala FA pada 1970 dan Piala Winner pada 1971. Namun piala tersebut merupakan piala terakhir mereka untuk sementara waktu.

Chelsea mengalami kesulitan keuangan terkait pembangunan kembali Stamford Bridge dan meningkatnya hooliganisme para penggemar klub, Chelsea berada dalam posisi yang berbahaya. Selama beberapa dekade berikutnya, hasil pertandingan Chelsea tidak banyak menjadi prioritas karena para pejabat klub fokus berjuang untuk menghindari kebangkrutan.

Kepemilikan keluarga Mears terhadap Chelsea FC terputus ketika klub itu dijual di angka 1 poundsterling kepada pemilik baru Ken Bates pada 1982. Klub tidak kembali menjadi sorotan hingga akhirnya pada 1996, menunjuk Ruud Gullit sebagai pelatih.

Dengan pelatih asal Belanda yang terkenal dan tim yang dipimpin oleh pemain internasional Italia, Gianluca Vialli dan Gianfranco Zola, Chelsea sekali lagi menjadi salah satu klub paling menarik dalam sepak bola Inggris. 

Meskipun klub tidak berhasil melangkah jauh di Liga Premier selama periode tersebut, mereka menikmati beberapa keberhasilan seperti dua kemenangan Piala FA pada 1997 dan 2000, serta kemenangan Piala Liga 1998. Selain itu, mereka juga berhasil meraih Piala Winners kedua mereka pada 1998 dengan mengalahkan Stuttgart 1-0 di final.

Chelsea pada periode ini adalah tim yang sangat didominasi oleh pemain asing. Sebuah pertandingan pada 1999 menandai era baru dalam sepak bola Liga Inggris. Ketika Chelsea melawan Southampton, tidak ada pemain Inggris yang merumput. Para pemainnya adalah Ed De Goey (Belanda), Albert Ferrer (Spanyol), Frank Lebouef (Prancis), Emerson Thome (Brasil), Dan Petrescu (Romania), Celestine Babayaro (Nigeria), Gus Poyet (Uruguay), Didier Deschamps (Prancis), Roberto Di Matteo (Italia), Gabriele Ambrosetti (Italia), dan Tore Andre Flo (Norwegia).

Era Abramovich

Pada 2003, Chelsea berubah selamanya, ketika klub dijual kepada miliarder asal Rusia, Roman Abramovich. Pemilik baru segera memimpin Chelsea ke era stabilitas keuangan, melunasi sebagian besar utang klub, dan menghabiskan sejumlah uang yang belum pernah dilakukan sebelumnya untuk memasukkan pemain bintang ke dalam tim.

Di bawah pelatih asal Portugal yang kontroversial, José Mourinho, Chelsea memenangi gelar Liga Premier berturut-turut pada 2005 dan 2006, serta dua Piala Liga pada 2005 dan 2007 dan Piala FA pada 2007.

Bahkan setelah Mourinho meninggalkan klub karena berselisih dengan Abramovich, Chelsea terus memiliki kekuatan yang dominan di sepa kbola Inggris. The Blues - julukan Chelsea - kembali memenangkan satu gelar liga, dua Piala FA, Liga Champions, dan Liga Eropa dalam enam tahun.

Tak lama setelah kembalinya Mourinho pada 2013, Chelsea memenang Piala Liga lainnya yang merupakan gelar liga kelima mereka. Setelah periode kinerja yang lemah, Chelsea memecat José Mourinho pada 2015. Kini Chelsea di bawah asuhan Thomas Tuchel baru saja menjuarai gelar Liga Champions mereka yang kedua kalinya.

*Baca Informasi lain soal SEPAK BOLA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

MEMORI Lainnya