Ujian 'Cinta' Dua Manajer Tim Kota London
Frank Lampard dan Jose Mourinho. (Foto: Twitter @chelseafc_indo)

Bagikan:

JAKARTA - Pertandingan Tottenham Hotspur vs Chelsea, Minggu 22 Desember ini lebih dari sekadar tiga poin dalam perebutan posisi empat besar Liga Primer Inggris. Apa yang terjadi di sisi lapangan sangat menarik untuk diperhatikan.

Spurs akan memasuki lapangan pada posisi kelima di klasemen sementara. Tertinggal tiga poin dengan selisih gol yang lebih baik berarti pasukan Jose Mourinho bisa merangsek ke zona Liga Champions andai berhasil membungkam mantan klub polesannya yang sekarang ditangani oleh legenda The Blues.

Tidak bisa dimungkiri, Mourinho punya tempat spesial dalam sejarah Chelsea. The Special One mempersembahkan tiga gelar dalam dua petualangan berbeda di Stamford Bridge.

Dalam buku autobiografi 'Tottally Frank', Lampard mengungkap Mourinho menyebutnya sebagai 'pemain terbaik di dunia' saat pramusim 2004. Setahun kemudian Lampard menjadi runner-up di bawah Ronaldinho dalam perebutan Ballon d'Or. Tentu saja pencapaian tersebut berasal dari performa hebat yang membantu Chelsea mengakhiri puasa gelar Liga Primer selama 50 tahun. Ketika itu Lampard mengemas 13 gol termasuk brace ke gawang Bolton yang memastikan double gelar musim itu.

Lampard tidak pernah berhenti. Kepercayaan diri yang ditanamkan oleh Mourinho tidak pernah memudar, dia kemudian menjadi kapten ketika Chelsea menghajar Bayern Munich di final Liga Champions 2012. 

Sekarang menjadi manajer, Lampard berusaha memberikan kepercayaan diri yang sama kepada youngster penuh bakat seperti Tammy Abraham, Mason Mount dan Fikayo Tomori untuk menjadi superstar

Seperti halnya Mourinho, pendekatan Lampard lebih fokus pada bagaimana menghadapi dan menyikapi para pemain, bedanya legenda Chelsea ini jauh lebih kalem.

Lampard benci kekalahan seperti Mourinho, juru taktik Chelsea itu juga lebih senang menghancurkan kekuatan lawan melalui sebuah taktik yang serba guna. Pengaruh Mourinho terhadap kinerja Lampard sebagai manajer begitu kuat tetapi sang legenda selalu bersikeras punya cara sendiri.

"Saya mencoba untuk menjadi diri sendiri, itu sangat penting. Meniru manajer lainnya adalah sebuah kesalahan. Anda harus menemukan metode atau cara sendiri. Saya tidak pernah ragu untuk mengikuti manajer yang pernah bekerja dengan saya dahulu, tetapi saya pikir saya sama tidak mirip dengan mereka," jelas Lampard seperti dikutip Goal.

Sementara itu Mourinho terus menguatkan ikatan dengan mereka yang pernah bekerja bersamanya di Chelsea. Lampard pasti tidak akan lupa bagaimana Mourinho yang pergi menuju Inter namun tetap menghubunginya secara reguler setelah ibunya, Patricia, meninggal dunia pada 2008.

Mourinho juga secara khusus menghubungi Lampard untuk mengucapkan selamat atas kelahiran putrinya tidak lama setelah Derby mengalahkan Manchester United di Piala Carabao, pertarungan pertama mereka sebagai manajer.

Tetapi sebenarnya hubungan mereka tidak selalu berjalan mulus. Pada 2004, Mourinho mengatakan pada Lampard jika kariernya di Stamford Bridge sudah habis. Chelsea menolak untuk menambah kontraknya satu tahun ke depan.

Ketika itu Lampard merasa kariernya belum habis, dia kemudian merapat ke New York City FC, yang meminjamkannya kepada Manchester City. Apa yang terjadi kemudian, sang gelandang membobol gawang Chelsea.

Situasi itu seperti layaknya sebuah pembalasan dendam, apalagi jika mengingat komentar Mourinho ketika Lampard merapat ke Etihad: "Ketika dia mengambil keputusan untuk bergabung ke rival, maka kisah cinta sudah berakhir."

Ironisnya justru Mourinho yang kemudian bergabung ke dua rival yaitu United dan Tottenham hingga menodai hubungan manisnya dengan loyalis Chelsea. Lampard juga memperlihatkan kekesalan ketika Mourinho mengomentari kekalahan 4-0 Chelsea dari United di Old Trafford di hari pertama kompetisi musim ini. Sebagai pandit Sky Sports, Mourinho menyebut the Blues 'terlalu lembut' dan menyentil performa Mount.

"Dia tidak suka permainan Mason Mount? Itu yang dia katakan? Benarkah? Wow!" ujar Lampard.

Sikap Lampard itu memperlihatkan persamaan lainnya dengan Mourinho yaitu kegigihan melindungi pemain dan rasa humornya. Lampard berkelakar dengan mengaku bahagia ketika Mourinho meninggalkan Sky Sports untuk pekerjaan Spurs, ini terjadi setelah asisten pelatih tim utama Jody Morris memberi emoji tertawa di Twitter terkait penilaian Mourinho sebagai pandit.

Berikutnya di depan mata kita adalah ujian terhadap hubungan antara Lampard dan Mournho yang akan dimainkan di London utara di hadapan kamera televisi dan 62.000 fans di stadion.

Lampard dan Mourinho adalah kompetitor yang sedang berusaha menyeimbangkan rasa kagum di masa lalu dengan ambisi meraih kemenangan di salah satu derbi paling panas di sepakbola Inggris. Pertarungan keduanya di sisi lapangan sontak menjadi tontonan wajib akhir pekan ini.