Pergerakan Boedi Oetomo yang Menginspirasi Hari Kebangkitan Nasional
Tugu Hari Kebangkitan Nasional (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Setiap 20 Mei, Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Hari Kebangkitan Nasional bertepatan dengan berdirinya Boedi Oetomo. Boedi Oetomo sendiri adalah organisasi pertama di Indonesia yang bersifat nasional dan modern.

Boedi Oetomo berdiri pada 20 Mei 1908 di Batavia atau saat ini Jakarta. Boedi Oetomo didirikan oleh siswa STOVIA, yang mana tokoh-tokohnya adalah Soetomo, Soeraji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan lainnya.

Pendirian Boedi Oetomo digagas oleh Wahidin Soedirohoesodo. Seperti yang dipaparkan lewat artikel Ketika Kampus STOVIA Melahirkan Orang-Orang Radikal yang Mengancam Belanda, kelahiran Boedi Oetomo mengejutkan berbagai pihak dan menghasilkan berbagai tanggapan. Tanggapan yang paling dekat tentu berasal dari guru-guru STOVIA.

Mereka sosok-sosok yang paling dekat keberadaannya dengan sepak terjang Soetomo dan kawan-kawan. Mengutip Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa (2008) karya Gamal Komandoko, beberapa guru STOVIA merasa risau melihat Soetomo dan kawan-kawannya terlibat aktif dalam organisasi Boedi Oetomo.

Kerisauan para guru STOVIA masuk akal. Bagaimanapun, Soetomo dan kawan-kawannya masih berada dalam pengawasan dan didikan mereka.

"Ketidakberhasilan mereka 'membina' Soetomo dan kawan-kawannya di jalur yang dikehendaki pemerintah bisa jadi akan membuat mereka tampak salah pada pandangan pemerintah. Kondisi yang membuat posisi mereka menjadi runyam," tulis Komandoko.

Guru di STOVIA pernah mengancam akan mengeluarkan Soetomo dari kampus tersebut. Mereka juga menuduh Soetomo berusaha melawan pemerintah kolonial. Beruntung, Soetomo dibela kawan-kawannya. Mereka meminta dikeluarkan juga bila Soetomo dikeluarkan.

Berdirinya Boedi Oetomo tidak lepas dari kondisi saat itu, di mana diterapkannya Politik Etis di masa pemerintahan kolonial Belanda menjelang akhir abad ke-19. Politik Etis adalah kebijakan politik balas budi yang terdiri dari tiga bidang, yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi.

Saat itu kolonial Belanda mendirikan sekolah untuk penduduk pribumi guna meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui pendidikan. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah untuk pendidikan guru sekolah dasar dan pembantu di bidang kesehatan rakyat.

Pembaharuan bidang pendidikan itu menjadikan siapa saja yang ingin menduduki jabatan pemerintahan mengenyam pendidikan ala Barat. Bahkan beberapa bupati di Jawa mengadakan pengajaran pribadi untuk anggota-anggota keluarganya.

Kebijakan seperti ini tentunya belum sesuai dengan harapan kaum pribumi yang mengenyam pendidikan. Hal itu kemudian berdampak terhadap munculnya kaum terpelajar di Indonesia. Masa itu kemudian disebut dengan era pergerakan nasional, dengan Boedi Oetomo sebagai pengawalnya.

Peran Wahidin Soedirohoesodo

Terealisasinya pendirian Boedi Oetomo tidak lepas dari peran Wahidin Soedirohoesodo. Mengutip Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia (1993) oleh Nyoman Dekker, Wahidin yang merupakan seorang dokter dengan giat menyebarkan cita-cita pendirian organisasi.

Mengutip Kompas, pada 1901, Wahidin menjadi direktur majalah Retnodhoemilah, majalah yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu. Majalah tersebut dikhususkan untuk kalangan priyayi.

Selain itu Wahidin juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Barat. Wahidin membentuk suatu perkumpulan yang memiliki tujuan memajukan pendidikan dan membiayai anak-anak yang tidak dapat bersekolah.

Oleh sebab itu Wahidin memiliki Studie Fonds atau Yayasan Beasiswa. Gagasan Wahidin disambut oleh para siswa STOVIA di Batavia, terutama Soetomo, Goenawan, dan Soeraji. Setelah melalukan berbagai timbangan dan diskusi, Boedi Oetomo akhirnya berdiri pada 20 Mei 1908.

Boedi Oetomo sendiri telah memiliki struktur organisasi yang modern. R. Soetomo sebagai ketua, M. Soelaiman sebagai wakil ketua, Soewarno I (Gondo Soewarno) sebagai sekretaris I, M. Goenawan sebagai sekretaris II, R. Angka sebagai bendahara, serta M. Soeradji. M. Moh. Saleh, Soewarno II (M. Soewarno), dan R.M Goembrek sebagai komisaris. 

Pada 3 hingga 5 Oktober 1908, Boedi Oetomo mengadakan Kongres I di Yogyakarta. Kongres tersebut menghasilkan susunan Pengurus Besar Boedi Oetomo, AD/ART, dan menentukan Kantor Pusat Boedi Oetomo.

Boedi Oetomo yang terdiri dari para pelajar STOVIA merupakan pengurus Boedi Oetomo cabang Betawi. sementara kantor Pengurus Besar Boedi Oetomo berada di Yogyakarta, yang diketuai RTA. Tirto Kusumo. Tidak lama daerah lain baik di Jawa maupun di luar Jawa mulai memiliki kantor cabang Boedi Oetomo. 

Beberapa tokoh Boedi Oetomo memutuskan untuk keluar dari organisasi tersebut. Namun, mereka kembali mendirikan organisasi lainnya yang juga berpengaruh di Indonesia. Seperti Soewardi Soerjaningrat dan Tjipto Mangoenkoesomo yang membentuk Indische Partij bersama Douwes Dekker. Lalu ada Tirto Adhi Soerjo menggagas berdirinya Sarekat Dagang Islam (SDI) yang menjelma menjadi Sarekat Islam (SI).

*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

MEMORI Lainnya