Ketika Soekarno Lolos dari Percobaan Pembunuhan dalam Sejarah Hari Ini, 14 Mei 1962
Presiden Soekarno (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini, 59 tahun lalu, atau tepatnya 14 Mei 1962, telah terjadi percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno. Pertiwa itu terjadi bertepatan dengan Iduladha. Bung Karno yang sedang berbaris melaksanakan salat Iduladha di lapangan rumput -- antara Istana Merkeda dan Istana Negara--, kemudian dihujani tembakan oleh empat orang. Peristiwa itu kemudian menjadi percobaan pembunuhan kesekian kali terhadap Bung Besar, tepatnya setelah peristiwa Cikini 1957.

Ketika Bung Karno melaksanaan salat di halaman Istana, seseorang dari barisan ke empat tiba-tiba menembakkan pistol ke arah Bung Karno. Namun, si penembak agaknya kesulitan membidik sasaran. 

Kala itu si penembak kesulitan karena melihat dua orang yang mirip dengan Bung Karno. Alhasil, Bung karno lolos dari maut. Namun, tak begitu dengan dua anggota Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Presiden, yaitu, Soedrajat dan Soesilo. Mereka terluka dalam peristiwa itu. Pun Ketua DPR Zainul Arifin juga ikut terluka.

“Tembakannya meleset tidak mengenai Bung Karno yang menjadi sasaran, sebaliknya menyerempet bahu Ketua DPR Zainul Arifin dari Nahdlatul Ulama (NU) yang mengimami salat. Orang itu divonis mati, tetapi ketika disodorkan kepada Bung Karno untuk membubuhkan tandatangan untuk eksekusi, Bung Karno tidak sampai hati untuk merentangkan jalan menuju kematiannya, karena ia berpikir bahwa pembunuh yang sesungguhunya adalah orang-orang terpelajar ultrafanatik yang merencanakan perbuatan itu,” ungkap Maulwi Saelan dalam bukunya Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66 (2008).

Pembakan itu dilakukan oleh Sanusi Firkat, Djajapermana, Kamil, dan Napdi. Sedang otak dari rencana penembakan adalah seorang kiai yang memimpin pesantren di daerah Bogor bernama Moh, Bachrum. Ia dituduh mengatur rencana tersebut dan yang memerintahkan melakukannya. 

“Penembak amatiran tersebut pun akhirnya dihukum mati. Namun ketika Bung Karno dimintai untuk menanda tangani surat perintah eksekusi, Bung Karno menolak karena ia tidak tega. Bung Karno beranggapan bahwa pembunuh tersebut hanyalah kaki tangan dari orang lain. Ternyata prediksi Bung Karno saat itu ada benarnya juga,” tulis Adimitra Nursalim dalam buku The Remarkable Story of Soekarno (2020).

Bung Karno sakti?

Setelah kejadian itu, berita perencanaan pembunuhan Bung Karno menyebar dengan cepat. Banyak yang penasaran akan berita tersebut. Pelukis Dullah salah satunya. Ia mengaku kaget mendengar berita dari siaran radio. Pelakunya tak lain adalah anak buah dari Sekarmadji Maridjan Kartosewirjo, yang tak lain sahabat dan teman diskusi Bung Karno kala muda.

Dullah yang khawatir dengan Bung Karno kemudian mencoba berkali-kali menelpon rumah ajudan Putra Sang Fajar, Mangil Martowidjojo. Kekhawatiran Dullah terjawab ketika dirinya mendapat jawaban via telpon yang menyebut Presiden Soekarno Selamat. 

Lantaran adanya percobaan pembunuhan itu, Dullah mengingat bahwa peristiwa idul adha di istana seperti mengulang pertiwa Cikini pada 30 November 1957. Oleh karena Bung Karno selalu lolos dari maut, Dullah mengaku menyakini bahwa Bung Karno sakti.

"Bung Karno itu punya malaikat penjaga. Ia rada sakti," kata Dullah dikutip Agus Dermawan T. dalam Dongeng dari Dullah (2020).

SEJARAH HARI INI Lainnya