JAKARTA - Pada 19 April 1999, terjadi pengeboman di Masjid Istiqlal, Jakarta. Dan pengeboman itu bukan yang pertama.
Pada Jumat 14 April 1978 atau tidak lama setelah peresmiannya, Masjid Istiqlal juga pernah dibom. Saat itu Pangdam V/Jaya Mayjen Norman Sasono menyatakan ledakan pertama di Masjid Istiqlal itu menggunakan peledak TNT atau trinitrotuluena.
Melansir Kompas, ledakan kedua di Istiqlal terjadi di pusat perkantoran yang berada di lantai dasar. Ledakan terjadi tepatnya di tepi koridor kantor sekretariat Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI).
Efek dari ledakan, lapisan batu pualam hitam di tembok masjid pecah. Pintu dan kaca kantor juga dilaporkan pecah.
Kantor-kantor lain di sekitar BMOIWI, termasuk kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengalami pecah kaca. Berdasar pemeriksaan forensik, ledakan tersebut berasal dari TNT dengan pemicu ledak KClO3.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya kala itu, Mayjen (Pol) Noegroho Djajoesman, dua bulan setelah peristiwa mengungkapkan terduga pelaku peledakan di Masjid Istiqlal. Pada Senin 14 Juni 1999, ia mengatakan ada tujuh pelaksana lapangan yang terlibat langsung dalam peledakan.
Ketujuh pelaku telah ditahan di Polda. Ketujuh tersangka itu berinisial Wwn, Nri, Bo, Smi, Jpa, Srd, dan Usi. Semua tersangka berprofesi sebagai pengamen yang biasa berkeliling di sekitar Masjid Istiqlal.
Penangkapan dilakukan di beberapa tempat di Jakarta dan Tangerang. Pihak kepolisian berhasil melakukan penangkapan setelah mengumpulkan berbagai keterangan dari saksi.
Tekanan untuk pelaku
Menurut keterangan Noegroho, salah satu tersangka, yaitu Wwn sempat didatangi orang tak dikenal pada awal April 1999. Orang tersebut menunjukkan foto keluarga Wwn, seraya mengancam akan menganiaya keluarganya jika ia tidak bekerja sama.
Sejak saat itu Wwn mengaku tidak pernah lagi bertemu orang itu dan hanya menerima perintah tertulis. Wwn dan enam tersangka lalu melaksanakan perintah melakukan peledakan di Istiqlal.
Hingga detik ini, tidak ada yang tahu alasan di balik peledakan tersebut. Dan sosok yang menekan para tersangka untuk melakukan serangan teror di Masjid Istiqlal pun tetap misteri.
Di tahun yang sama, tepatnya bulan Oktober, kembali terjadi ledakan di Jakarta. Kali ini ledakan terjadi di depan Balai Sidang Senayan dan Bundaran Hotel Indonesia.
Ledakan berasal dari bom rakitan. Akibat ledakan tersebut, satu orang tewas dan 15 orang lainnya terluka.
Renovasi
Pada Januari 2021, Masjid Istiqlal diresmikan setelah melakukan renovasi besar-besaran. Masjid Istiqlal kini juga memiliki sistem keamanan yang lebih modern.
Masjid terbesar se-Asia Tenggara ini dipasangi kamera CCTV di berbagai titik. Hal itu untuk mengantisipasi dan mencegah adanya kejahatan.
"Untuk tenaga keamanan saat ini sudah cukup. Tapi kami juga berencana akan merekrut tenaga keamanan lagi," kata Wakil Ketua Bidang Penyelenggara Peribadatan Masjid Istiqlal Abu Hurairah.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyatakan apresiasi tinggi karena dalam proses renovasi tidak hanya memaksimalkan fungsi masjid sebagai tempat ibadah. Jokowi menilai renovasi turut memerhatikan aspek arsitektur, seni, estetika, dan tetap memertahankan kaidah-kaidah cagar budaya bangunan masjid.
"Renovasi Masjid Istiqlal agar menjadi semakin megah bukan untuk gagah-gagahan, bukan hanya menjadi kebanggaan umat Islam tapi juga menjadi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia, kebanggaan bangsa kita Indonesia," kata Jokowi.
*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.