Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, lima tahun yang lalu, 23 Oktober 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Prabowo Subianto jadi Menteri Pertahanan (Menhan). Peristiwa itu menghebohkan seisi Nusantara karena Prabowo dikenal sebagai oposisi garis keras pemerintahan Jokowi.

Sebelumnya, kekalahan Prabowo dalam Pilpres 2014 membuatnya berperan jadi oposisi. Segala macam kebijakan pemerintah Jokowi yang melenceng dikritiknya. Kritik itu disampaikan dengan berapi-api sehingga iklim demokrasi jadi lebih berwarna.

Pemilu 2014 mempertemukan antara Jokowi dan Prabowo. Masing-masing partai dan kubu yang mendukung turut memainkan peranan penting. Kondisi itu membuat segenap rakyat Indonesia terbagi dua.

Mereka pendukung Jokowi dan mereka pendukung Prabowo. Masalah muncul. Nasib justru membawa Jokowi melaju sebagai Presiden Indonesia era 2014-2019. Prabowo yang merasa dicurangi pun memilih posisi terhormat sebagai oposisi.

Ia bertindak sebagai pengawas segala macam kebijakan Jokowi. Langkah-langkah kampanye pencitraan Jokowi pun dicecar habis olehnya. Kampanye model begitu dianggap tak penting. Sebab, rakyat tak merasakan manfaaat pemerintah mempermudah kehidupannya.

Potret kedekatan Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto. (ANTARA)

Kesempatan bertanding kembali melawan Jokowi pada Pilpres 2019 tak disia-siakan Prabowo. Ia berharap dapat mengalahkan Jokowi. Ia merasa pemerintahan Jokowi tak banyak membawa rakyat sejahtera.

Korupsi justru berkembang di mana-mana. Kritik-kritik keras dimainkan. Gaya bahasa menggebu-gebu jadi keungulan Prabowo. Namun, hal itu belum cukup mengangkat nama Prabowo jadi presiden terpilih. Lagi-lagi ia dikalahkan Jokowi.

Alhasil, Jokowi dilantik jadi Presiden Indonesia periode dua. Prabowo sempat menyatakan bahwa pemilu ada kecurangan. Belakangan Prabowo bak tak kuasa lagi jadi oposisi. Ia merasa jadi oposisi membuat ruang geraknya dalam berbisnis dan lainnya terganggu. Tawaran bergabung dengan pemerintah pun mulai diseriusinya.

"Siap apabila diminta. Saya diminta membantu beliau di bidang pertahanan. Jadi beliau tadi memberikan pengarahan dan saya akan bekerja sekeras mungkin untuk mencapai sasaran dan harapan yang ditentukan," kata Prabowo sebagaimana dikutip laman BBC Indonesia, 21 Oktober 2019.

Akhirnya, Prabowo pun dilantik Jokowi jadi Menhan di Istana Merdeka pada 23 Oktober 2019. Penunjukkan itu dilakukan karena kapasitas Prabowo dirasa mempuni dalam bidang pertahanan negara. Namun, keputusan Prabowo bergabung dengan Jokowi memunculkan pro dan kontra.

Mereka yang kontra menganggap Prabowo tak konsisten sebagai oposisi. Prabowo seraya menjilat ludah sendiri karena bergabung dengan pemimpin yang dulunya kerap dianggap tak punya kapasitas besar memimpin.

Prabowo pun menganggap angin saja kritik kepadanya. Ia mengadari bahwa penunjukan jadi Menhan bawa kehebohan. Namun, satu-satunya dipikirkan adalah mencoba menjalani posisi Menhan dengan baik. Prabowo sadar tugas Menhan tak mudah. Ia berharap kehadirannya dapat banyak membantu pemerintahan Jokowi. Terkait detail tugas dan rencana ke depan. Prabowo belum mau memberikan jawaban. 

"Saya akan berbuat yang terbaik. Tadi beliau (Ryamizard) ingatkan kepada saya, tugas Menhan sangat berat, harus ikut membantu Presiden Republik Indonesia, khususnya di bidang menjaga kedaulatan, menjaga keutuhan wilayah, dan keamanan.”

"Jadi saya tidak mungkin kasih jawaban yang tepat. Saya pelajari dan bersama-sama dengan Mabes TNI dengan tiga angkatan. Dengan staf di Kemenhan, staf di Kemenlu, dengan presiden sendiri. Kita akan cari solusi yang terbaik," ujar Prabowo sebagaimana dikutip laman BBC Indonesia sehari setelah pelantikannya, 24 Oktober 2019.